Jumat, 30 September 2011

Debus banten


Masyarakat Indonesia, sesuai dengan yang tercantum pada sila pertama Pancasila, dikenal sebagai masyarakat religius. Di samping itu, tak dapat disangkal pula bahwa mereka masih percaya akan hal-hal yang berbau mistis, gaib, atau magic. Dunia mistis dalam masyarakat kita lantas dikaitkan erat dengan ibadah atau praktik ritual yang dilakukan oleh setiap masyarakat daerah atau suku bangsa yang ada di Indonesia; seperti upacara pembakaran mayat atau ngaben yang merupakan akulturasi kebudayaan masyarakat Bali dengan ajaran agama Hindu, atau perayaan sekaten yang merupakan perpaduan antara upacara Keraton Jogjakarta dengan peringatan hari lahir Nabi Muhammad dalam ajaran agama Islam. Bentuk nyata hasil perpaduan kebudayaan daerah dengan ajaran agama juga terdapat pada kesenian debus yang dimiliki oleh masyarakat Banten. 
Debus, suatu kesenian yang mempertunjukan kemampuan manusia yang luar biasa, kebal senjata tajam, kebal api, minum air keras, memasukan benda kedalam kelapa utuh, menggoreng telur di kepala dan lain-lain. Debus lebih dikenal sebagai kesenian asli masyarakat Banten, yang mungkin berkembang sejak abad ke 18. Namun, pernahkah orang bertanya-tanya darimana sebenarnya asal debus tersebut
Menurut catatan sejarah, Debus itu sendiri sebenarnya ada hubungannya dengan Tarikat Rifaiah. Tarikat ini dibawa oleh Nurrudin Ar-Raniry ke Aceh pada abad 16. Tarikat ini ketika melakukan ketika sedang dalam kondisi epiphany (kegembiraan yang tak terhingga karena "bertatap muka" dengan Tuhan), mereka kerap menghantamkam berbagai benda tajam ke tubuh mereka. Filosofi sederhananya adalah "lau haula walla Quwata ilabillahil 'aliyyil adhim" atau tiada daya upaya melainkan karena Allah semata. Jadi kalau Allah tidak mengijinkan pisau, golok, parang atau peluru sekalipun melukai mereka, maka mereka tak akan terluka.
Permainan Debus merupakan kesenian yang dikombinasikan dengan seni tari, seni suara dan kebatinan yang bernuansa penuh magis. Dalam permainannya banyak menampilkan atraksi kekebalan tubuh sesuai dengan keingiunan pemainnya, seperti menusuk perut dengan gada taua tombak atau almadad tanpa luka, mengiris anggota tubuh dengan pisauatau golok baik luka maupun tanpa luka, makan api, memasukkan jarum kawat ke dalam tubuh seperti, lidah, kulit pipi dan lain sebagainya sampai tembus tanpa mengeluarkan darah, mengiris anggota tubuh sampai terluka dan mengeluarkan darah tapi dapat disembuhkan seketika itu juga dengan cara mengusap, menyiram tubuh dengan air keras sampai pakain yang dikenakannya hancur lumat namun kulitnya tetap utuh. Juga bisa saksikan bagaimana pemain mengunyah kaca, bara api, membakar bagian tubuh dengan api dan banyak lagi atraksi lainnya.
Sebagai sebuah karya seni debus merupakan ungkapan atau ekspresi batin seniman. Apa yang disebut "batin" di sini, meliputi kehidupan perasaan, pemikiran, pengalaman psikologis dan spiritual seniman. Pikiran, perasaan, ingatan pengalaman, isi pengetahuan, dan segala pengalaman transeden (di luar pengalaman empiris) berkecamuk dalam dirinya.
Batin seniman tersebut adalah makna. Makna adalah nilai-nilai seniman. Nilai positip atau negatip. Nilai baik dan buruk. Nilai menyenangkan dan tidak menyenangkan. Nilai kosmos dan chaos. Setiap seniman memiliki tata nilai idealnya sendiri. Dan berdasarkan tata nilai personalnya itu, dia mengadakan penilaian terhadap stimulusnya. Proses penilaiannya inilah yang terjadi dalam diri (batin) seniman. Inilah proses kreatifnya. Inilah proses perenungannya terhadap obyeknya (stimulus). Dan kalau ini sudah terbentuk, maka ia mengungkapkan, mengekspresi-kannya, dalam bentuk yang dia pilih.
Dalam perannya sebagai kesenian tradisional, dapat dikatakan bahwa debus merupakan salah satu jenis kesenian tradisional Banten yang menggambarkan jiwa patriotik masyarakat Banten, yang digabungkan dengan nilai-nilai budaya Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KONTRIBUSI PEMIKIRAN HUKUM NAHDLATUL ULAMA

Lembaga Bahtsul Masail ialah sebuah Lembaga yang berfungsi sebagai forum diskusi antara para ulama serta kaum intelektual guna membahas pe...