Kamis, 29 September 2011

Konsep Keteladanan


Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang paling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk anak di dalam moral, spiritual dan sosial. Dalam lingkungan keluarga masalah keteladanan menjadi faktor penting dalam hal baik dan buruknya anak. Hal ini karena orang tua sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak adalah contoh terbaik dalam pandangan anak, yang akan ditirunya dalam segala tindak tanduknya dan sopan santunnya disadari maupun tidak. Bahkan jiwa dan perasaaan seseorang anak sering menjadi suatu gambaran kepribadian orang tuanya, baik dalam ucapan maupun perbuatan.
Menurut al-Ghazali anak adalah amanat bagi orang tuanya. Hatinya yang suci merupakan permata tak ternilai harganya, masih murni dan belum terbentuk. Orang tuanya merupakan arsitek atau pengukir  kepribadian anaknya. Sebelum  mendidik orang lain, sebaiknya orang tua harus mendidik pada dirinya terlebih dahulu. Sebab anak merupakan peniru ulung. Segala informasi yang masuk pada diri anak, baik melalui penglihatan dan pendengaran dari orang di sekitarnya, termasuk orang tua akan membentuk karakter anak tersebut. Apalagi anak yang berumur sekitar 3-6 tahun, ia senantiasa melakukan imitasi terhadap orang yang ia kagumi (ayah dan ibunya).
Rasa imitasi dari anak yang begitu besar, sebaiknya membuat orang tua harus ekstra hati-hati dalam bertingkah laku, apalagi didepan anak-anaknya. Sekali orang tua ketahuan berbuat salah dihadapan anak, jangan berharap anak akan menurut apa yang diperintahkan. Oleh karena itu sudah sepantasnya bagi orang tua pemegang amanat, untuk memberikan teladan yang baik kepada putra putrinya dalam kehidupan berkeluarga. Keluarga merupakan sekolah pertama bagi anak. Orang tua terutama ibu merupakan pendidik pertama dan utama bagi anak dalam membentuk pribadinya.
Ibu mempengaruhi anak melalui sifatnya yang menghangatkan, menumbuhkan rasa diterima, dan menanamkan rasa aman pada diri anak. Sedangkan ayah mempengaruhi anaknya melalui sifatnya yang mengembangkan kepribadian, menanamkan disiplin, memberikan arah dan dorongan serta bimbingan agar anak tambah berani dalam menghadapi kehidupan.
Teladan yang baik dari orang tua kepada anak (sekitar umur 6 tahun) akan berpengaruh besar kepada perkembangan anak di masa mendatang. Sebab kebaikan di waktu kanak-kanak awal menjadi dasar untuk pengembangan di masa dewasa kelak. Untuk itu lingkungan keluarga harus sebanyak mungkin memberikan keteladanan bagi anak. Dengan keteladanan akan memudahkan anak untuk menirunya. Sebab keteladanan lebih cepat mempengaruhi tingkah laku anak. Apa yang dilihatnya akan ia tirukan dan lama kelamaan akan menjadi tradisi bagi anak.
Dalam hal keteladanan ini, lebih jauh Abdullah Nashih Ulwan menafsirkan dalam beberapa bentuk, yaitu:
a.       Keteladanan dalam ibadah.
a.              Keteladanan bermurah hati.
b.             Keteladanan kerendahan hati.
c.              Keteladanan kesantunan.
d.             Keteladanan keberanian.
e.              Keteladanan memegang akidah

Karena obyeknya anak (kanak-kanak) tentunya bagi orang tua dalam memberikan teladan harus sesuai dengan perkembangannya sehingga anak mudah mencerna apa yang disampaikan oleh bapak ibunya. Sebagai contoh agar anak membiasakan diri dengan ucapan “salam”, maka senantiasa orang tua harus memberikan ajaran tersebut setiap hari yaitu hendak pergi dan pulang ke rumah (keteladanan kerendahan hati). Yang penting bagi orang tua tampil dihadapan anak sesuai dengan ajaran-ajaran Islam, niscaya semua itu akan ditirunya.
Dalam sistem pendidikan Islam tahapan-tahapan perkembangan manusia menyangkut perkembangan fisik dan psikis yang kemudian dituangkan dalam bentuk prilaku oleh anak didik itu belum cukup tetapi perlu ada realisasi edukatif yang dilaksanakan oleh pendidik. Ini sebagaimana pemahaman dari anak didik bahwa mereka berharap apa yang telah diajarkan oleh pendidik direalisasikan dalam bentuk perbuatan. Hal ini tidak akan mungkin terjadi jika anak didik tidak melihat pendidik sendiri melaksanakannya. Tindakan dan prilaku yang konkrit sangat dibutuhkan.
Kecenderungan untuk meniru merupakan salah satu karakter dasar manusia sebagai makhluk sosial senantiasa ingin berkembang manjadi lebih baik dan dinamis melalui proses interaksi sosial. Potensi meniru sering muncul terutama ketika manusia mengalami kebimbangan, kegalauan dan berbagai macam krisis lainnya. Keadaan demikian menghantarkan untuk mencari panutan untuk mencari pegangan dan peneguhan sikapnya. Biasanya seseorang akan meniru orang-orang yang dekat dengannya. Dalam keluarga anak akan meniru kepada orang tuanya, di sekolah mereka akan meniru pendidiknya dalam hal ini gurunya dan dalam masyarakat mereka akan senang meniru teman-teman sebayanya.
Keteladanan sebagai salah satu metode pendidikan Islam yang sangat penting dalam proses pendidikan anak. Pada masa anak proses peniruan individu sangat kuat. Karena itu proses pemberian contoh lebih mudah diterima oleh anak daripada pemberian nasehat-nasehat dan petunjuk-petunjuk.
Ikhwan Shofa (1997:71) menyatakan bahwa metode pemberian contoh sangat dibutuhkan dalam pengajaran. Anak akan mudah menerima pelajaran dengan contoh karena pengenalan hal-hal yang konkrit lebih banyak menolong mereka memahami sesuatu. Terhadap yang ruwet sekalipun bisa dijelaskan dengan menggunakan contoh-contoh. Ahli sosial menyatakan bahwa banyak tingkah laku belajar manusia melibatkan tiruan. Di berbagai situasi seseorang mengerjakan sesuatu bukan dengan melalui respon tetapi mengerjakan apa yang dilihat dari orang lain. Ini harus diperhatikan oleh para pendidik bahwa dalam proses pendidikan anak, keteladanan merupakan metode yang paling efektif karena anak akan mudah menerima pesan yang disampaikan.
Dengan keteladanan maka pesan yang disampaikan oleh pendidik akan difahami dengan jelas oleh peserta didik. Karena bagaimanapun anak tidak mudah memahami hal-hal yang bersifat abstrak. Ketika pendidik mengajarkan agar anak selalu bersih, rapi, dan menjaga kesehatan maka seorang anak pun tidak akan hidup demikian jika melihat pendidik masih dalam kesemerawutan.
Pendidikan dengan keteladanan merupakan metode yang berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam membentuk kepribadian anak. Masalah keteladanan menjadi faktor penting dalam menentukan baik buruknya anak. Teladan yang baik sangat berpengaruh pada jiwa, memberikan bekas yang baik dalam membentuk kepribadian anak, mendidik dan mempersiapkannya.
Rasulullah memberikan keteladanan terhadap akhlak mulia, kerendahan hati, berpolitik, keteguhan memegang prinsip, dan jasmani. Dalam pendidikan jasmani Rasululah memberikan keteladanan kepada juara gulat Rukanah dan orang-orang yang mempunyai kekuatan. Sesungguhnya, kebutuhan manusia akan teladan yang baik tumbuh dari naluri dalam jiwa seluruh manusia. Teladan merupakan keinginan alami dalam diri anak untuk meniru dan meneladani apa yang membuat apa yang membuat dirinya takjub, entah dari mana pembicaraan, cara bergaul, maupun adat istiadat.
Teladan yang baik sangat berpengaruh pada jiwa, meninggalkan bekas yang baik dalam kepribadian anak, mendidik dan mempersiapkannya. Betapa pentingnya peranan pendidik menjadi teladan. Karena sebagai seorang anak akan meniru bagaimana ia rileks, makan sehat, dan kehidupan lainnya yang tidak menyimpang dari aturan-aturan kesehatan. Keteladanan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam proses pendidikan anak. Dengan keteladanan seorang anak akan mempunyai pegangan yang kuat dalam menjalankan kehidupannya dalam mencapai kedewasaan dan kesempurnaan hidup.
Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang berpengaruh dan terbukti dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual dan etika sosial anak. Mengingat orang tua (pendidik) adalah seorang figure terbaik dalam pandangan anak, yang tindak tanduk dan sopan santunnya, disadari atau tidak akan ditiru oleh anak -anaknya. Bahkan bentuk perkataan, perbuatan dan tindak tanduknya akan senantiasa tertanam dalam kepribadian anak.
Oleh karena itu, masalah keteladanan menjadi faktor penting dalam membentuk baik buruknya anak. Jika orang tua jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia, berani dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama, maka si anak akan tumbuh dalam kejujuran, terbentuk dengan akhlak mulia, berani dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama. Begitu pula sebaliknya jika orang tua (pendidik) adalah seorang pembohong, penghianat, orang yang kikir, penakut dan hina, maka sianak akan tumbuh dalam kebohongan, khianat, durhaka, kikir, penakut dan hina.
Dilihat dari segi sifatnya dapat dibedakan dua macam keteladanan, yaitu sengaja dan tidak sengaja. Keteladanan yang disengaja adalah keadaan yang sengaja diadakan oleh pendidik agar diikuti atau ditiru oleh peserta didik, seperti memberikan contoh membaca yang baik dan mengerjakan salat dengan benar. Keteladanan ini disertai penjelasan atau perintah agar diikuti. Keteladanan yang tidak disengaja adalah keteladanan dalam keilmuan, kepemimpinan, sifat keikhlasan dan sebagainya. Dalam pendidikan Islam, kedua macam keteladanan tersebut sama pentingnya. Keteladanan yang tidak disengaja dilakukan secara informal, sedangkan yang disengaja dilakukan dengan formal. Keteladanan yang dilakukan secara informal itu kadang-kadang lebih efektif daripada yang formal.
Keteladanan merupakan teknik pendidikan yang efektif dan sukses. Hal itu berlaku terutama bagi anak-anak usia sekolah. Kondisi tersebut disebabkan oleh ketertarikan dan kesenangan anak. Anak-anak pada masa usia sekolah tertarik dan senang dengan kegiatan-kegiatan keagamaan yang mereka lihat dikerjakan oleh orang dewasa dalam lingkungan mereka.
Pendidikan akhlak adalah proses pembinaan budi pekerti anak sehingga menjadi budi pekerti yang mulia (akhlaq karimah). Proses tersebut tidak terlepas dari pembinaan kehidupan beragama peserta didik secara totalitas. Keteladanan yang baik sangat penting dalam pembinaan akhlak. Dengan kecenderungan senang menirunya, anak mudah mereduplikasi apa saja yang dilihatnya, bukan hanya yang baik, melainkan juga yang jelek. Sehubungan dengan ini, pendidik harus memanfaatkan peluang, baik dengan penampilan pribadinya maupun dengan mengkondisikan lingkungan sekitar anak.
Bila anak sering melihat orang tuanya saling menolong dan bergaul dengan baik, maka anak dengan mudah berprilaku seperti itu pula. Ucapan yang sering didengar anak sangat mudah ditirunya. Setelah sering meniru, apa yang ditiru akan menjadi kebiasaan dalam kehidupan anak. Kebiasaan merupakan hal sulit ditinggalkan begitu saja.
Sebagai bukti tentang urgensi keteladanan dapat dilihat dalam kenyataan. Dalam kelompok anak yang sering berbicara kasar dan tidak sopan, sulit ditemukan anak yang lemah lembut dan sopan. Kondisi rumah tangga yang tidak harmonis dan selalu diwarnai oleh pertengkaran berpeluang besar untuk melahirkan anak yang kasar.
Bila orang tua mendambakan anaknya menjadi seorang yang dermawan, maka ia harus memperlihatkan perilaku suka memberi kepada anaknya. Ingat! Bila anak melihat orang tuanya mengusir pengemis, maka kelah ia akan seperti itu pula. Bahkan mungkin lebih kasar lagi. Oleh sebab itu, orang tua perlu hati-hati dalam bertindak karena tindakannya yang diketahui oleh anak sangat besar pengaruhnya.
Upaya menumbuhkan-kembangkan akhlakul karimah merupakan taggung jawab bersama, yakni keluarga, sekolah, pemerintah, dan masyarakat. Keempat institusi tersebut memiliki tanggung jawab bersama untuk mendarah-dagingkan akhlakul karimah, terutama di kalangan generasi muda. Hampir setiap hari melalui media masa kita disuguhi munculnya fenomena amukan massa di beberapa kota besar yang ditandai dengan pembakaran pusat pertokoan, penghancuran tempat ibadah, bahkan perusakan kantor polisi maupun berbagai kalangan. Untuk menghindari terulangnya serangkaian peristiwa amukan tersebut, di samping perlu dicari akar masalahnya dan diselesaikan, fenomena tersebut hendaknya dijadikan pemicu gerakan pendidikan moralitas bangsa, dengan menjadikan akhlakul karimah sebagai acuan utama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KONTRIBUSI PEMIKIRAN HUKUM NAHDLATUL ULAMA

Lembaga Bahtsul Masail ialah sebuah Lembaga yang berfungsi sebagai forum diskusi antara para ulama serta kaum intelektual guna membahas pe...