Kamis, 29 September 2011

Pendidikan Keluarga menurut Islam


Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dari definisi tersebut tergambar adanya proses pembelajaran terhadap peserta didik agar mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan. Hal ini mengindikasikan betapa pentingnya pendidikan agama untuk mendukung siswa memiliki kekuatan spiritual tersebut.
Pendidik mempunyai tanggung jawab yang besar dalam pembinaan manusia yang berkualitas, cerdas, dan bertanggung jawab atas diri dan masyarakat, bangsa dan negaranya, terutama tanggung jawab spiritual agar anak didik dapat menjalankan ajaran agamanya dengan baik. Tanggung jawab yang besar tersebut merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan dasar pendidikan meliputi keyakinan beragama, nilai moral, aturan pergaulan, dan sikap hidup yang mendukung kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Lingkungan keluarga dijadikan sebagai teladan dalam beribadah karena sejak awal anak dilahirkan, setiap waktu diperlihatkan cara-cara beribadah sebagai modal kehidupan akhirat.
Dalam keluarga, orang tua mempunyai tanggung jawab yang sangat besar dalam pembentukan pribadi anak, baik dari aspek sikap maupun spiritual. Orang tua harus memperkenalkan dan memperlihatkan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan oleh anak sejak dini, sehingga pada waktunya nanti, ketika anak tersebut sudah terkena kewajiban untuk melaksanakan sesuatu - dalam hal ini ibadah - ia sudah terbiasa melakukannya tanpa ada rasa beban dan tanpa harus ada paksaan.
Keluarga adalah lingkungan yang pertama kali di kenal anak, berarti lingkungan ini yang terdekat dengan anak. Di sini peran orang tua sangat menonjol di bandingkan dengan yang lain. Orang tua memiliki dasar  pemikiran yang berbeda, sehingga pemahaman dan pengetahuan tentang agama sering menjadi benturan dalam memberikan bekal aqidah yang kuat bagi anak. Orang tua juga mempunyai kebutuhan lain yang harus di penuhi yang juga menyita waktunya sehingga mereka hanya mempunyai waktu yang terbatas untuk membekali anaknya tentang pendidikan moral dan agama.
Orang tua pasti menginginkan agar anaknya kelak menjadi anak yang baik. Berbagai macam cara dan usahapun mereka lakukan untuk mewujudkan keingiuan tersebut, antara lain yaitu memberikan bimbingan dan pengarahan tentang agama dengan baik sejak kecil, mengawasi pergaulan anak dengan teman sebaya, memasukkan anak ke dalam sekolah yang mengajarkan pendidikan agama lebih banyak.
Orang tua mempunyai kewajiban untuk membimbing anak-anaknya dalam hal agama. Sudah selayaknya orang tua mencontohkan bahkan mengajak anaknya untuk melaksanakan ibadah. Setiap masuk waktu shalat, orang tua semestinya mengajak anaknya untuk shalat berjama'ah dan berdzikir setelah shalat, sehingga jika dilakukan terus-menerus anak akan benar-benar terbiasa melakukannya sampai ia dewasa bahkan sampai ia meninggal. Begitu juga dengan puasa, orang tua harus mendidik anaknya untuk melakukan puasa sejak dini, walaupun anak belum kuat untuk melakukan puasa sampai waktu magrib, hendaknya anak dibiasakan untuk meneladani orangtuanya melakukan puasa sampai waktu yang ia sanggupi, sampai zuhur misalnya.
Pendidikan agama dalam keluarga ini merupakan pendidikan luar sekolah, sejak anak baru dilahirkan sampai ia sudah cukup usia untuk memperoleh pendidikan pada jalur formal (sekolah). Jalur pendidikan agama di sekolah dilaksanakan melalui kegiatan pembelajaran secara berjenjang dan berkesinambungan. Dengan demikian, sekolah meneruskan pembinaan yang telah diletakkan dasar-dasarnya melalui pendidikan keluarga sehingga sekolah sebagai lembaga pendidikan formal mempunyai peranan dan tanggung jawab yang tidak sederhana dalam pelaksanaan tugasnya.
Pendidikan agama sebagai mata pelajaran di sekolah mempunyai peranan penting dalam menanamkan rasa takwa kepada sang Khaliq yang pada akhirnya dapat menimbulkan rasa keagamaan yang kuat dan melahirkan perbuatan-perbuatan yang baik sesuai dengan ajaran agama yang diyakini tentunya juga dengan melaksanakan ibadah secara sempurna sebagai bekal akhirat. Pendidikan agama di sekolah hendaknya tidak hanya diberikan berupa materi-materi saja, tetapi juga harus mengadakan praktek jika ada hubungan dengan perbuatan atau ibadah, seperti shalat, mengaji, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan perbuatan dalam pendidikan agama. Dengan pemberian pendidikan agama di sekolah diharapkan anak didik memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan keyakinan akan agama yang dianutnya sehingga menimbulkan kesadaran beragama dengan selalu melaksanakan ibadah sebagaimana yang telah diperintahkan.
Walaupun anak sudah masuk dalam pendidikan formal, lingkungan keluarga tidak dapat lepas tangan begitu saja. Keluarga, khususnya orang tua tetap harus mengontrol anak ketika ia berada di luar sekolah dengan selalu mengingatkan untuk melaksanakan ajaran agama dan selalu mengajak anggota keluarga untuk melaksanakan ibadah bersama-sama.
Pendidikan agama tidak hanya didapat dari lingkungan keluarga dan sekolah, lingkungan masyarakat pun mempunyai peran untuk mendidik seseorang untuk menambah pengetahuan mengenai ajaran agama. Di lingkungan masyarakat biasanya sering diadakan pengajian-pengajian untuk menambah wawasan seseorang mengenai agama dengan segala aspeknya. Lingkungan masyarakat yang baik dan selalu menjunjung tinggi nilai-nilai agama akan membuat seseorang bisa menjadi manusia yang sadar akan kodratnya sebagai makhluk Allah.
Baik lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, ketiganya saling mendukung satu sama lain dan hendaknya menjadi satu kesatuan yang bisa menjadikan manusia sebagai insan kamil dengan selalu menjalankan ajaran agama dengan sebaik-baiknya yang dapat membawa manusia memperoleh keberuntungan baik di dunia dan di akhirat.
Pendidikan agama menyangkut manusia seutuhnya, tidak hanya membekali seseorang dengan pengetahuan agama atau pengembangan intelektualnya saja, tetapi juga mengisi dan menyuburkan perasaan keberagamaan yang kuat sehingga bisa menjalani kehidupan dengan berpedoman kepada ajaran agama. Namun demikian, kenyataan yang ada belum memuaskan. Ternyata banyak sekali para siswa dan siswi yang notabene selalu memperoleh pendidikan agama secara baik, baik di lingkungan keluarga maupun lingkungan sekolah, dan berada dalam lingkungan yang bisa dibilang masih memegang nilai-nilai ajaran agama, meninggalkan kewajibannya sebagai seorang hamba dengan mengabaikan pelaksanaan ibadah.
Pemahaman terhadap agama pada masa anak-anak dimulai melalui pengalaman hidupnya sejak kecil, baik dalam keluarga, di sekolah dan masyarakat. Semakin banyak pengalaman yang bersifat agamis (sesuai ajaran agama), akan semakin banyak pula unsur agama, sehingga sikap, tindakan, dan perilaku sehari-hari akan sesuai dengan ajaran dan tuntunan agama.
Islam melakukan pendidikan dengan melakukan pendekatan yang menyeluruh terhadap wujud manusia, sehingga tidak ada yang tertinggal dan terabaikan sedikitpun, baik segi jasmani maupun rohani, baik mental maupun spiritual, ketika bayi, remaja, dewasa dan tua, laki-laki maupun perempuan, dalam semua aktivitas kehidupannya. Islam memandang manusia secara totalitas, mendekatinya atas dasar apa yang terdapat dalam dirinya atas fitrah yang diberikan Allah kepadanya. Tidak ada sedikitpun yang terabaikan dan tidak memaksakan apapun selain apa yang dijadikan sesuai dengan fitrahnya itu. 
Melalui pendidikan, kepribadian seseorang dapat dikembangkan menuju ke arah yang lebih baik, pendidikan mempunyai fungsi memelihara kelangsungan kehidupan yang universal. Setiap orang mempunyai kewajiban mematuhi aturan, memelihara solidaritas sosial, memiliki rasa tanggungjawab akan kesejahteraan dan kebahagiaan bersama, bersedia dan mampu bekerjasama untuk mengatasi persoalan yang ada, semua itu syarat kelangsungan hidup dan kelestarian kehidupan.
Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan, tergantung pada proses belajar, baik ketika berada di sekolah maupun di lingkungannya, karena belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu karena interaksi antara individu dan individu dengan lingkungannya.
Sasaran pendidikan agama tertuju pada pembentukan sikap akhlak atau mental anak didik dalam hubungan dengan Tuhan, masyarakat dan alam atau sesama makhluk. Anak adalah cerminan masa depan, pendidikan anak harus benar-benar diperhatikan agar bakat mereka tersalurkan dalam kegiatan yang positif, yaitu di antaranya dengan memasukkan anak ke dalam jenjang pendidikan yang formal ataupun yang non formal. Penanaman nilai agama kepada mereka merupakan syarat mutlak untuk mencapai nilai keharmonisan dalam menjalani kehidupan dunia dan akhirat. Nilai-nilai tersebut dapat dijadikan pondasi agar mereka tidak keluar dari ajaran-ajaran agama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KONTRIBUSI PEMIKIRAN HUKUM NAHDLATUL ULAMA

Lembaga Bahtsul Masail ialah sebuah Lembaga yang berfungsi sebagai forum diskusi antara para ulama serta kaum intelektual guna membahas pe...