Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dari
definisi tersebut tergambar adanya proses pembelajaran terhadap peserta didik
agar mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan.
Hal ini mengindikasikan betapa pentingnya pendidikan agama untuk mendukung
siswa memiliki kekuatan spiritual tersebut.
Pendidik mempunyai tanggung jawab
yang besar dalam pembinaan manusia yang berkualitas, cerdas, dan bertanggung
jawab atas diri dan masyarakat, bangsa dan negaranya, terutama tanggung jawab
spiritual agar anak didik dapat menjalankan ajaran agamanya dengan baik.
Tanggung jawab yang besar tersebut merupakan tanggung jawab bersama antara
keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Keluarga merupakan lingkungan
pertama yang memberikan dasar pendidikan meliputi keyakinan beragama, nilai
moral, aturan pergaulan, dan sikap hidup yang mendukung kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Lingkungan keluarga dijadikan sebagai
teladan dalam beribadah karena sejak awal anak dilahirkan, setiap waktu
diperlihatkan cara-cara beribadah sebagai modal kehidupan akhirat.
Dalam keluarga, orang tua mempunyai
tanggung jawab yang sangat besar dalam pembentukan pribadi anak, baik dari
aspek sikap maupun spiritual. Orang tua harus memperkenalkan dan memperlihatkan
kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan oleh anak sejak dini, sehingga pada
waktunya nanti, ketika anak tersebut sudah terkena kewajiban untuk melaksanakan
sesuatu - dalam hal ini ibadah - ia sudah terbiasa melakukannya tanpa ada rasa
beban dan tanpa harus ada paksaan.
Keluarga
adalah lingkungan yang pertama kali di kenal anak, berarti lingkungan ini yang
terdekat dengan anak. Di sini peran orang tua sangat menonjol di bandingkan
dengan yang lain. Orang tua memiliki dasar pemikiran yang berbeda, sehingga pemahaman dan
pengetahuan tentang agama sering menjadi benturan dalam memberikan bekal aqidah
yang kuat bagi anak. Orang tua juga mempunyai kebutuhan lain yang harus di
penuhi yang juga menyita waktunya sehingga mereka hanya mempunyai waktu yang terbatas
untuk membekali anaknya tentang pendidikan moral dan agama.
Orang
tua pasti menginginkan agar anaknya kelak menjadi anak yang baik. Berbagai
macam cara dan usahapun mereka lakukan untuk mewujudkan keingiuan tersebut,
antara lain yaitu memberikan bimbingan dan pengarahan tentang agama dengan baik
sejak kecil, mengawasi pergaulan anak dengan teman sebaya, memasukkan anak ke
dalam sekolah yang mengajarkan pendidikan agama lebih banyak.
Orang tua mempunyai kewajiban untuk
membimbing anak-anaknya dalam hal agama. Sudah selayaknya orang tua
mencontohkan bahkan mengajak anaknya untuk melaksanakan ibadah. Setiap masuk
waktu shalat, orang tua semestinya mengajak anaknya untuk shalat berjama'ah dan
berdzikir setelah shalat, sehingga jika dilakukan terus-menerus anak akan
benar-benar terbiasa melakukannya sampai ia dewasa bahkan sampai ia meninggal.
Begitu juga dengan puasa, orang tua harus mendidik anaknya untuk melakukan
puasa sejak dini, walaupun anak belum kuat untuk melakukan puasa sampai waktu
magrib, hendaknya anak dibiasakan untuk meneladani orangtuanya melakukan puasa
sampai waktu yang ia sanggupi, sampai zuhur misalnya.
Pendidikan agama dalam keluarga ini
merupakan pendidikan luar sekolah, sejak anak baru dilahirkan sampai ia sudah
cukup usia untuk memperoleh pendidikan pada jalur formal (sekolah). Jalur
pendidikan agama di sekolah dilaksanakan melalui kegiatan pembelajaran secara
berjenjang dan berkesinambungan. Dengan demikian, sekolah meneruskan pembinaan
yang telah diletakkan dasar-dasarnya melalui pendidikan keluarga sehingga
sekolah sebagai lembaga pendidikan formal mempunyai peranan dan tanggung jawab
yang tidak sederhana dalam pelaksanaan tugasnya.
Pendidikan agama sebagai mata
pelajaran di sekolah mempunyai peranan penting dalam menanamkan rasa takwa
kepada sang Khaliq yang pada akhirnya dapat menimbulkan rasa keagamaan yang
kuat dan melahirkan perbuatan-perbuatan yang baik sesuai dengan ajaran agama
yang diyakini tentunya juga dengan melaksanakan ibadah secara sempurna sebagai
bekal akhirat. Pendidikan agama di sekolah hendaknya tidak hanya diberikan
berupa materi-materi saja, tetapi juga harus mengadakan praktek jika ada
hubungan dengan perbuatan atau ibadah, seperti shalat, mengaji, dan hal-hal
lain yang berhubungan dengan perbuatan dalam pendidikan agama. Dengan pemberian
pendidikan agama di sekolah diharapkan anak didik memperoleh pengetahuan,
pemahaman, dan keyakinan akan agama yang dianutnya sehingga menimbulkan
kesadaran beragama dengan selalu melaksanakan ibadah sebagaimana yang telah
diperintahkan.
Walaupun anak sudah masuk dalam
pendidikan formal, lingkungan keluarga tidak dapat lepas tangan begitu saja.
Keluarga, khususnya orang tua tetap harus mengontrol anak ketika ia berada di
luar sekolah dengan selalu mengingatkan untuk melaksanakan ajaran agama dan
selalu mengajak anggota keluarga untuk melaksanakan ibadah bersama-sama.
Pendidikan agama tidak hanya didapat
dari lingkungan keluarga dan sekolah, lingkungan masyarakat pun mempunyai peran
untuk mendidik seseorang untuk menambah pengetahuan mengenai ajaran agama. Di
lingkungan masyarakat biasanya sering diadakan pengajian-pengajian untuk
menambah wawasan seseorang mengenai agama dengan segala aspeknya. Lingkungan
masyarakat yang baik dan selalu menjunjung tinggi nilai-nilai agama akan
membuat seseorang bisa menjadi manusia yang sadar akan kodratnya sebagai
makhluk Allah.
Baik lingkungan keluarga, sekolah,
dan masyarakat, ketiganya saling mendukung satu sama lain dan hendaknya menjadi
satu kesatuan yang bisa menjadikan manusia sebagai insan kamil dengan selalu
menjalankan ajaran agama dengan sebaik-baiknya yang dapat membawa manusia
memperoleh keberuntungan baik di dunia dan di akhirat.
Pendidikan agama menyangkut manusia
seutuhnya, tidak hanya membekali seseorang dengan pengetahuan agama atau
pengembangan intelektualnya saja, tetapi juga mengisi dan menyuburkan perasaan
keberagamaan yang kuat sehingga bisa menjalani kehidupan dengan berpedoman
kepada ajaran agama. Namun demikian, kenyataan yang ada belum memuaskan.
Ternyata banyak sekali para siswa dan siswi yang notabene selalu memperoleh
pendidikan agama secara baik, baik di lingkungan keluarga maupun lingkungan
sekolah, dan berada dalam lingkungan yang bisa dibilang masih memegang
nilai-nilai ajaran agama, meninggalkan kewajibannya sebagai seorang hamba
dengan mengabaikan pelaksanaan ibadah.
Pemahaman terhadap agama pada
masa anak-anak dimulai melalui pengalaman hidupnya sejak kecil, baik dalam
keluarga, di sekolah dan masyarakat. Semakin banyak pengalaman yang bersifat
agamis (sesuai ajaran agama), akan semakin banyak pula unsur agama, sehingga sikap,
tindakan, dan perilaku sehari-hari akan sesuai dengan ajaran dan tuntunan
agama.
Islam
melakukan pendidikan dengan melakukan pendekatan yang menyeluruh terhadap wujud
manusia, sehingga tidak ada yang tertinggal dan terabaikan sedikitpun, baik segi
jasmani maupun rohani, baik mental maupun spiritual, ketika bayi, remaja,
dewasa dan tua, laki-laki maupun perempuan, dalam semua aktivitas kehidupannya.
Islam memandang manusia secara totalitas, mendekatinya atas dasar apa yang
terdapat dalam dirinya atas fitrah yang diberikan Allah kepadanya. Tidak ada
sedikitpun yang terabaikan dan tidak memaksakan apapun selain apa yang
dijadikan sesuai dengan fitrahnya itu.
Melalui
pendidikan, kepribadian seseorang dapat dikembangkan menuju ke arah yang lebih
baik, pendidikan mempunyai fungsi memelihara kelangsungan kehidupan yang universal.
Setiap orang mempunyai kewajiban mematuhi aturan, memelihara solidaritas
sosial, memiliki rasa tanggungjawab akan kesejahteraan dan kebahagiaan bersama,
bersedia dan mampu bekerjasama untuk mengatasi persoalan yang ada, semua itu
syarat kelangsungan hidup dan kelestarian kehidupan.
Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan,
tergantung pada proses belajar, baik ketika berada di sekolah maupun di
lingkungannya, karena belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku
pada diri individu karena interaksi antara individu dan individu dengan
lingkungannya.
Sasaran
pendidikan agama tertuju pada pembentukan sikap akhlak atau mental anak didik
dalam hubungan dengan Tuhan, masyarakat dan alam atau sesama makhluk. Anak
adalah cerminan masa depan, pendidikan anak harus benar-benar diperhatikan agar
bakat mereka tersalurkan dalam kegiatan yang positif, yaitu di antaranya dengan
memasukkan anak ke dalam jenjang pendidikan yang formal ataupun yang non
formal. Penanaman nilai agama kepada mereka merupakan syarat mutlak untuk
mencapai nilai keharmonisan dalam menjalani kehidupan dunia dan akhirat. Nilai-nilai
tersebut dapat dijadikan pondasi agar mereka tidak keluar dari ajaran-ajaran
agama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar