Rabu, 19 Oktober 2011

Teori Perasaan


Istilah perasaan digunakan banyak orang untuk menunjukkan kepada diwarnainya kegiatan seseorang sehari-harin dengan segi-segi emosional. Ini berarti bahwa setiap pengalaman dalam situasi tertentu disertai oleh aspek afektif atau suasana perasaan. Perasaan yaitu suatu bentuk keinginan atau gaya gerak untuk perbuatan reaktif. Untuk itu, perasaan banyak macamnya yaitu perasaan indrawi, rohaniah, individual dan perasaan sosial. Menurut Kartini Kartono (1990:89-90) menjelaskan bahwa sulit membedakan antara perasaan-perasaan tersebut. Namun dapat dijelaskan tentang empat perasaan sebagai berikut:
    1. Perasaan-perasaan indrawi, yaitu perasaan yang dikaitkan dengan perangsang-perangsang jasmaniah atau fisik seperti rangsangan sakit, panas, dingin, berat dan sebagainya.
    2. Perasaan vital yaitu yang bergantung pada kondisi jasmaniah seseorang secara umum, hampir-hampir tidak bisa dilokalisir. Misalnya perasaan nyaman, sedang, kurang enak, rasa kuat, lemas dan sebagainya.
    3. Perasaan-perasaan psikis, yaitu bisa diberi motivasi-motivasi misalnya perasaan bahagia, senang, gembira, sedih, tertekan, benci, simpati dan lain-lain.
    4. Perasaan-perasaan pribadi yaitu yang erat kaitannya dengan penilaian diri dan martabat yang sangat mendalam, misalnya perasaan putus asa secara total, rasa tidak berdaya, rasa bahagia dan sebagainya.
Lebih lanjut Kartini Kartono (1990:90) mengungkapkan beberapa teori tentang perasaan yang dapat dikelompokkan menjadi 5 kelompok yaitu:
1)            Teori Skolastik; yaitu menganggap bahwa perasaan itu sebagai bagian dari stadium awal dari keinginan atau sebagai satu bentuk keinginan, namun belum diiringi dengan dorongan aktivitas. Merupakan kesiapan untuk menumbuhkan keinginan.
2)            Teori Biologis, yaitu melihat perasaan sebagai onderdil pengikat antara pengamatan dan perbuatan. Perasaan itu memberikan nilai kepada pengamatan yaitu merupakan gaya gerak untuk perbuatan reaktif. Dalam hal ini perasaan-perasaan itu bersifat teleologis yaitu terarah pada satu tujuan.
3)            Teori Intelektuilitis; yaitu bahwa perasaan merupakan perihal tanggapan. Disebabkan oleh sifatnya yang sangat dinamis, tanggapan-tanggapan yang jelas dan terasosiasi satu sama lain akan memperlancar berlangsungnya perasaan.
4)            Teori Voluntaristis; yaitu yang primer bukannya pengenalan, akan tetapi perasaan dan kemauan. Awal dari kemauan itulah yang disebut dengan perasaan.
5)            Teori sensualistis dan teori fisiologis, yaitu anggapan bahwa gejala-gejala fisik atau jasmaniah yang muncul sewaktu kita mendapat kesan-kesan tertentu misalnya berupa perubahan pernafasan, kontraksi otot dan lain-lain adalah penyebab dari emosi-emosi tersebut.
Sementara itu Kant (dalam Kartono, 1990:92) menjelaskan bahwa perasaan dapat dikelompokkan menjadi enam kategori yaitu:
a)                   Perasaan intelektual yaitu perasaan yang dialami, apabila kita memahami satu kebenaran dengan pikiran kita, yaitu merupakan rasa senang, puasa karena bisa mengetahui atau rasa senang dan rasa tidak senang dan sebagainya.
b)                   Perasaan estetis, ialah perasaan indah atau buruk ketika kita melihat dan mendengar sesuatu
c)                   Perasaan etis, yaitu perasaan yang kita alami pada penghayatan benar atau salah, baik atau buruk dan sebagainya. Kadar ukuran untuk merasakannya adalah hati nurani.
d)                   Rasa diri yaitu pengalaman menghayati perasaan tingginya harga diri dan tidak berharganya diri sendiri.
e)                   Perasaan sosial atau perasaan terhadap orang lain adalah perasaan-perasaan yang mengenali suka duka orang lain dan ikut merasakan kehidupan orang lain
f)                    Perasaan religius atau perasaan metafisik atau absolut adalah perasaan yang berkaitan dengan kekuasaan Tuhan.
Berdasarkan pandangan di atas maka dapat dikemukakan bahwa jelas semua jenis perasaan itu mempunyai pengaruh yang besar sekali kepada setiap perbuatan dan kemauan kita. Sebab emosi-emosi ini memberikan sumbangan kepada rasa bahagia atau rasa sendu di hati. Lagi pula perasaan-perasaan erat terjalin dengan segenap kepribadian kita, dan memberikan warna pada suasana hati. Karena itu pendidikan perasaan adalah penting sekali bagi perkembangan kepribadian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KONTRIBUSI PEMIKIRAN HUKUM NAHDLATUL ULAMA

Lembaga Bahtsul Masail ialah sebuah Lembaga yang berfungsi sebagai forum diskusi antara para ulama serta kaum intelektual guna membahas pe...