Data diperoleh dari hasil eksperimen atau hasil pengukuran
dengan menggunakan instrumen penelitian. Informasi tentang instrumen yang
digunakan dalam pengumpulan data adalah komponen dasar dari rencana metode
penelitian. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memperoleh informasi tentang
instrumentasi penelitian dijelaskan sebagai berikut :
1)
Identifikasi instrumen penelitian
yang akan digunakan. Diskusikan terlebih dahulu, apakah menggunakan instrumen
buatan sendiri, instrumen yang dimodifikasi, atau instrumen yang dikembangkan
oleh orang lain
2) Jika berencana untuk menggunakan instrumentasi yang telah
ada, gambarkan dan jelaskan validitas pembuatannya dan reliabilitas item dan skala instrumentasinya
3) Gambarkan dan jelaskan juga contoh itemnya, sehingga para pembaca dapat melihat dan menilai item-item yang digunakan
4) Indikasikan konten utama dalam instrumen, misalnya demografi,
item kebiasaan, item tingkah laku, item
faktual, dll
5)
Diskusikan rencana untuk uji
coba lapangan dan rasionalitas prosedur
Pengukuran kuantitatif menggunakan beberapa jenis instrumen
untuk memperoleh indeks menurut urutan angka yang cocok dengan karakteristik
partisipan. Nilai yang berdasarkan angka kemudian dirangkum dan dilaporkan
sebagai hasil dari penelitian. Oleh karena itu, hasil yang didapat sangat
bergantung pada kualitas pengukuran. Apabila hasilnya lemah atau bias, maka
hasilnya tidak akan jauh dari itu. Sebaliknya, pengukuran yang kuat
meningkatkan kepercayaan bahwa hasil penelitiannya juga akurat.
Menurut Creswell (1994:116), instrumen digunakan untuk
mengumpulkan data. Karena realitas dapat diukur dan keberadaannya terpisah dari
peneliti, maka validitas dan reliabilitas akan menjadi sangat penting bagi
eksistensi instrumentasi penelitian. Kriteria penting untuk menentukan kualitas
pengukuran dilakukan dengan uji validitas dan uji reabilitas adalah sebagai
berikut
1.
Uji Validitas
Adalah skala dimana kesimpulan yang dibuat dengan berdasarkan
skor menurut angka menjadi sesuai, bermakna, dan berguna. Validitas adalah
pendapat mengenai kesesuaian pengukuran untuk kesimpulan atau keputusan khusus
yang berasal dari skor yang ada.
Mengutip dari Standards
for Educational and Psychlogical Testing dalam James H. McMillan dan Sally
Schumacher (2001:239), “validitas
merujuk kepada kesesuaian, kebermaknaan, dan kegunaan dari kesimpulan khusus
yang dibuat berdasarkan skor test (Standards,
1985:9); “validitas merujuk kepada tingkatan dimana bukti dan teori
mendukung interpretasi dari skor test yang didapat dari penggunaan khusus dari
test (Standards, 2000:9).
Menurut Messick (1989:13) dalam James H. McMillan dan Sally
Schumacher (2001:239) validitas adalah sebuah kesatuan penilaian evaluatif dari
tingkatan dimana bukti empiris dan rasio teoritis mendukung kecukupan dan
kesesuaian kesimpulan dan aksi berdasarkan pada skor test atau model penilaian
lainnya.
2. Uji Reliabilitas
Pengukuran dalam penelitian kuantitatif maupun kualitatif,
pasti menginginkan hasil yang akurat, memiliki tingkat kesalahan yang
sekecil-kecilnya, oleh karena itu diperlukan reliabilitas atau keandalan dan
konsistensi dari instrumen pengukuran yang dijadikan sebagai alat ukur. Jika
sebuah instrumen mempunyai kesalahan yang kecil, maka instrumen tersebut
dikatakan reliabel, dan sebaliknya jika instrumen tersebut mempunyai kesalahan
yang besar maka instrumen tersebut dikatakan tidak reliabel. Setiap instrumen
penelitian pasti mempunyai tingkat kesalahan, karena itu skor yang diperoleh
dalam uji reliabilitas adalah :
Skor yang diperoleh = skor benar + kesalahan
Reliabilitas tidak sama dengan validitas, artinya pengukuran
yang dapat diandalkan akan mengukur secara konsisten, tapi belum tentu mengukur
apa yang seharusnya diukur. Kesalahan atau kerusakan instrumen pengukur bukan
satu-satunya penyebab kesalahan pengukuran, tabel dibawah ini menjabarkan
sumber-sumber kesalahan pengukuran :
No
|
Kondisi konstruksi dan pengelolaan test
|
Kondisi yang dihubungkan dengan orang yang melakukan test
|
Ket
|
1
|
Perubahan dalam batasan waktu
|
Reaksi terhadap item tertentu
|
|
2
|
Perubahan dalam arahan
|
Kesehatan
|
|
3
|
Prosedur penilaian yang berbeda
|
Motivasi
|
|
4
|
Sesi penilaian yang terganggu
|
Suasana hati
|
|
5
|
Ras pengelola test
|
Kelelahan
|
|
6
|
Waktu ketika test dijalankan
|
Keberuntungan
|
|
7
|
Item sampel
|
Fluktuasi ingatan atau perhatian
|
|
8
|
Ambiguitas dalam kata
|
Sikap dan perilaku
|
|
9
|
Salah memahami arahan
|
Keterampilan ketika melakukan test
|
|
10
|
Efek panas, cahaya, ventilasi dalam situasi test
|
Kemampuan untuk memahami petunjuk
|
|
11
|
Perbedaan pengamatan
|
kegelisahan
|
|
Sumber : McMillan & Schumacher (2001:244)
Tinggi rendahnya reliabilitas, secara empiris ditunjukkan
oleh suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas. Beberapa faktor yang
sebaiknya diperhatikan dalam interpretasi kefisien reliabilitas :
1)
Semakin heterogen karakteristik
kelompok yang diukur, semakin tinggi reliabilitasnya;
2) Semakin banyak item dalam instrumen, semakin tinggi
reliabilitasnya;
3) Semakin luas jangkauan skor, semakin tinggi reliabilitasnya;
4) Hasil test dengan tingkat kesulitan menengah akan
menghasilkan reliabilitas yang lebih tinggi daripada tingkat kesulitan yang
sangat sulit atau yang sangat mudah;
5)
Reliabilitas, sama halnya
dengan validitas, ketika dikelompokkan berdasarkan kelompok standar, hanya
diperuntukkan untuk subjek yang mempunyai karakteristik yang sama dengan
kelompok standar tersebut;
6) Semakin banyak item yang memisahkan antara subjek yang
berprestasi tinggi dan rendah, semakin tinggi reliabilitasnya.
Uji validitas dan reliabilitas membantu peneliti untuk
mengetahui kualitas data yang mereka peroleh dari hasil pengumpulan data.
Teknik pengumpulan data yang sesuai dengan tujuan penelitian sangat penting
untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Sebagai contoh, untuk mengetahui keadaan
demografis suatu daerah maka teknik pengumpulan data yang paling cocok adalah
questioner atau wawancara. Questioner hanya bertujuan untuk mengetahui
informasi berdasarkan kondisi yang sedang terjadi, sedangkan wawancara sifatnya
sama dengan questioner hanya saja informasi yang diperoleh lebih bersifat
probadi dan mendalam karena adanya interaksi antara pewawancara dan nara
sumber. Yang terbaik dari keduanya adalah yang paling sesuai dengan kebutuhan
penelitian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar