TARBIYAH (1)
Secara umum kata ini berasal dari tiga kata kerja Rabaa-Yarbuu yang bermakna namaa-yanmuu, artinya berkembang, Rabiya-yarba, yang bermakna tumbuh dan Rabba –Yarubbu, yang bermakna aslahu, tawalla amrohu, sasa-hu, wa
qama aaihi, waraahu yang berarti memperbaiki, mengurus, memimpin, menjaga
dan memeliharanya atau mendidik.
Menurut Shihab (2003:172) terdapat banyak kosa kata yang
berasal dari pengembangan kata ini, berikut diantaranya yang memiliki hubungan
langsung dengan pendidikan.
a. Rabb/ar-Rabb : dalam Al-Quran kata
ini disebutkan sebanyak 952 kali. Para muffasir mengartikan kata Al Rabb ini beraneka ragam,
diantaranya Al-Maraghi yang mengupas Surat At-Thalaq [65]: 1 dan QS. Al-An’am [6] : 104. Dari ayat ini
Al-Maraghi menjelaskan bahwa konsep pendidikan itu meliputi fisik. Perasaan,
akal/intelektual dan bakat/potensi, jiwa sehingga mencapai kesempurnaannya
menurut pandangan Allah.
b.
Rabbanyyuna: Al-Quran menyebutkan dua
kali yaitu dalam QS. Al-Maidah [5] : 44 dan 63. Ibnu Abbas berpendapat bahwa rabbaniyyuna berarti ahli fiqih/ahli hukum dan ulama.
c. Rabbaniyya” kata ini disebutkan
Al-Quran satu kali, dalam QS. Ali-Imran [3]:79 dari kata ini Al-Maraghi
menjelaskan bahwa rabbaniyyin adalah
mereka yang senantiasa mengetahui dan mentaati sekaligus mengamalkan semua
perintah Allah dengan mengajarkan dan mempelajari kitab Allah.
d. Rabbayani; Tercantum dalam QS.
Al-Isra [17] : 24 Hijazi mengaitkan kata rabbayani
ini artinya menumbuhkembangkan.
e. Nurabbika;
Terdapat
dalam QS. As-Sy-Syu’ara [26] : 18 Al-Hijazi mengaitkan kata ini dengan proses pendidikan
yang diberikan Fir’aun kepada Musa. Pada hakikatnya Fir’aun mendidik dan
membersarkan Musa itu dalam hal fisiknya saja tidak mendidik mental dan hati
nuraninya.
Sebagaimana
konsep tarbiyyah, pendidikan adalah proses untuk mengarahkan sesuatu
secara bertahap menuju kesempurnaan kejadian dan fungsinya. Pengertian rubûbiyah (kependidikan atau
pemeliharaan) mencakup pemberian rezeki, pengampunan dan kasih sayang; juga
amarah, ancaman, siksaan, dan sebagainya. Makna ini akan terasa dekat ke benak seseorang
saat mengancam, bahkan memukul anak, dalam rangka mendidik mereka. Walapun sang
anak yang dipukul merasa diperlakukan tidak wajar, kelak setelah dewasa ia akan
sadar bahwa pukulan tersebut merupakan sesuatu yang baik baginya. Jadi, apapun
bentuk perlakuan Tuhan kepada makhluk-Nya harus diyakini bahwa yang demikian
itu sama sekali tidak terlepas dari sifat kepemeliharaan dan kependidikan-Nya,
walau pun perlakukan itu dinilai oleh keterbatasan nalar manusia sebagai sesuatu
yang negatif.
Menurut
Ali (2006:31-32) konsep tarbiyyah juga menegaskan bahwa tujuan
pendidikan menghantarkan peserta didik pada derajat kesempurnaan yang diberikan
oleh Allah. Dengan demikian, ia meliputi semua dimensi kemanusiaan atau pribadi
manusia. Berdasarkan konsep tarbiyyah, ada empat dasar pendidikan yang
mesti dipahami, yaitu:
1)
Pendidikan adalah proses
sistematis yang mempunyai tujuan, sasaran, dan pencapaian;
2)
Pendidik adalah perwakilan Allah
Yang Maha Pencipta. Allah menciptakan fitrah dan memberikan potensi. Dia
mengembangkan, meningkatkan, dan mengimplementasikan fitrah. Pendidik juga
harus menjalankan, mengembangkan, meningkatkan, dan mengimplementasi-kan konsep
pendidikan supaya fitrah atau potensi peserta didik bisa berkembang dan
mencapai kesempurnaan sebagai makhluk Tuhan.
3) Pendidikan menetapkan
langkah-langkah bertahap yang di dalamnya konsep-konsep pendidikan dijalankan
dari batas yang satu ke batas yang lain dan dari jarak yang satu ke jarak yang
lain.
4)
Perilaku pendidik berkaitan dengan
realitasnya sebagai makhluk Allah. Dengan demikian, ia mesti mengikuti syariat
Allah Swt.
Menurut
Tafsir (1992:45) berbeda dengan pendidikan Islam, pendidikan Barat (dalam arti
yang mengggunakan paradigma positivistik sebagai filsafat pendidikannya) hanya
mengakui dua potensi manusia saja, yaitu potensi jasmani dan akal. Dengan kedua
potensi ini, Barat memang maju dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
sampai saat ini, namun kemajuan mereka adalah semu, dalam arti kemajuan
tersebut menuju kehancuran peradaban. Hal ini karena kemajuan Barat adalah
kemajuan tanpa nilai, tanpa agama, tanpa Tuhan. Buktinya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dimanfaatkan untuk menguasai negara lain, dalam
bentuk penjajahan ekonomi, penjajahan budaya, dan penjajahan sendi-sendi
kehidupan lainnya.
Islam
sangat menghargai jasmani dan akal, namun itu bukan merupakan ukuran kehebatan
manusia. Islam sangat menghargai dan menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan
teknologi, namun itu bukan merupakan tujuan. Dalam Islam, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dijadikan sebagai jalan untuk mengabdi kepada Allah
Swt. Inilah yang disebut potensi ruhani. Jadi, pendidikan Islam membimbing
jasmani, akal, dan ruhani untuk mengabdi kepada Yang Maha Agung.
Orang
Barat memang beragama, tapi agama itu tidak dijadikan sebagai nilai dalam
dimensi kehidupan. Bagi mereka, agama adalah urusan pribadi dan tidak perlu
“mengintervensi” pendidikan. Artinya, bagi mereka agama tidak perlu dimasukan
dalam kurikulum pendidikan. Ini lah yang dinamakan sekurelisasi pendidikan,
yaitu memisahkan agama dari pendidikan. Islam jelas menolak pandangan seperti
ini. Dalam konsep Islam, pendidikan harus dipandu oleh agama, agar tidak keblinger,
agar tidak kacau dan mengacaukan masyarakat. Agama harus “mengintervensi”
kurikulum sehingga jenis kurikulum apapun yang berkembang tidak bebas nilai
tetapi bernilai Islami (Tafsir, 1992:46).
Untuk
mempertegas substansi pendidikan Islam, Azra (2000:10) merinci tiga
karakteristik pendidikan Islam. Pertama,
pencarian, penguasaan, dan pengembangan ilmu pengetahuan sebagai wujud ibadah
kepada Allah Swt. Kedua, pengakuan
akan adanya kemampuan dan potensi untuk berkembang dalam suatu kepribadian.
Ketiga, pengamalan ilmu pengetahuan sebagai wujud tanggung jawab kepada Allah
dan manusia.
Berdasarkan
penjelasan tentang pendidikan Islam, maka konsep tarbiyyah di dalam
Al-Quran menegaskan hakikat pendidikan Islam dan memberi arah terhadap
pendidikan Islam sehingga pendidikan tersebut selalu mendorong peserta didik
dan pendidik untuk meraih predikat sebagai hamba Allah yang bertakwa. Tarbiyah adalah proses pengembangan dan
bimbingan jasad, akal dan jiwa yang dilakukan secara berkelanjutan sehingga mutarabbi (anak didik) bisa dewasa dan
mandiri untuk hidup di tengah masyarakat. Tarbiyah
adalah kegiatan yang disertai dengan penuh kasih sayang, kelembutan hati,
perhatian, bijak dan menyenangkan tidak membosankan. Tarbiyah adalah proses yang dilakukan dengan peraturan yang bijak
dan dilaksanakan secara bertahan dari yang mudah kepada yang sulit.