Sebagai bahan pembanding, peneliti melakukan kajian terhadap penelitian
terdahulu yang dianggap memiliki relevansi dengan penelitian yang sedang
dilaksanakan. Beberapa hasil penelitian terdahulu, antara lain sebagai berikut:
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh
Djaelani AR, Disertasi pada Progam Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan
Indonesia, dengan judul Profil Pembinaan Kemampuan Profesional Guru pada Gugus
SD Inti Kotamadya Banda Aceh (Efektifitas Penataan Iklim Sekolah yang Kondusif
bagi Pemberdayaan Guru, Peningkatan Semangat Belajar Guru, dan Kerjasama dengan
Masyarakat oleh Para Pengawas dan Kepala Sekolah Ditinjau dari Sudut Manajemen).
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menghimpun data tentang profil
pelaksanaan sistem pembinaan profesional guru pada gugus SD inti Kotamadya
Banda Aceh. Adapun yang menjadi titik sentralnya adalah penataan kondisi
sekolah yang konduktif untuk pemberdayaan guru, penumbuhan budaya belajar pada
guru-guru, dan peningkatan kerjasama dengan masyarakat.
Pengumpulan data secara naturalistik dilaksanakan selama enam bulan, dengan
respondennya para pengawas, kepala sekolah, tutor, guru-guru, dan pejabat
terkait lainnya, dengan teknik pengumpulan datanya adalah observasi, wawancara,
dan studi dokumentasi. Wawancara dilaksanakan secara terus menerus, dengan
mengunjungi para responden di sekolah, kantor, dan bahkan ada yang dirumahnya
dalam suasana bebas dan informal sampai data yang dibutuhkan untuk menjawab
pertanyaan penelitian terpenuhi.
Pembahasan hasil penelitian memberikan kesimpulan bahwa, dilihat dari
mekanisme pelaksanaannya kegiatan pembinaan profesional guru yang dilaksanakan
pada gugus SD Inti masih bersifat “pengawasan dan bimbingan rutin” untuk
mengatasi hambatan tersebut guna meningkatkan efektivitas sistem pembinaan
profesional guru, perlu dilakukan upaya-upaya konkrit seperti profesionalisasi
tenaga pembina pendidikan, penyusunan perencanaan pengembangan karir guru,
deskripsi tugas pengawas dan kepala sekolah, dan sebagainya.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh
Tjutju Yuniarsih, Disertasi pada Progam Sekolah Pascasarjana Universitas
Pendidikan Indonesia, dengan judul Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah
Terhadap Manajemen Mutu Sekolah Dasar (Kajian tentang Perilaku Kepemimpinan Kepala
Sekolah Dasar dalam Melaksanakan Manajemen Mutu Sekolah Dasar di Kota Administratif
Cimahi).
Sejalan dengan fokus masalah yang dikemukakan, penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis kontribusi perilaku kepemimpinan Kepala Sekolah dalam melaksanakan
Manajemen Mutu Sekolah Dasar. Nilai-nilai yang tercermin dari perilaku tersebut
pada akhirnya akan membentuk profil kepemimpinan Kepala Sekolah. Keberhasilan
pendidikan di Sekolah Dasar merupakan langkah awal yang baik untuk mengantarkan
lulusannya, agar bisa menampilkan keunggulan dirinya sebagai sosok yang
tangguh, kreatif, mandiri, bertanggung jawab, dan propesional. Rendahnya mutu
pendidikan di Sekolah Dasar sangat berpengaruh terhadap mutu pendidikan di
jenjang sekolah berikutnya dan bahkan akan berakibat buruk bagi mutu pendidikan
nasional. Penelitian ini dilandasi oleh premise sebagai berikut:
1.
Kepala Sekolah merupakan tenaga profesional yang berwenang untuk memajukan
dan mengembangkan sekolah, sehingga mampu menghadapi suasana kompetitif.
2.
Empat tahapan perkembangan sekolah, yaitu; selfidenfication stage,
developing stage, stabilization stage, and maturity stage.
3.
Manajemen Mutu merupakan proses yang berlangsung melalui program jangka
panjang, dan bertujuan untuk mencapai customers and stake holders
satisfaction. Dalam implementasinya berorientasi pada quality standard,
zero defects, change, and continuous improvement.
4.
Output Manajemen Mutu Sekolah Dasar dilihat dari prestasi sekolah secara
keseluruhan, hubungan baik dengan masyarakat, kinerja personil, serta mutu
proses dan hasil pembelajaran murid.
Berdasarkan kajian teoritis, Manajemen Mutu Sekolah Dasar mencakup delapan
faktor strategis, terdiri dari: kepemimpinan Kepala Sekolah, tenaga
kependidikan, sarana/prasarana, manajemen keuangan, evaluasi kurikulum dan
tujuan pengajaran, strategi dan policy, sistem organisasi, serta sistem
informasi manajemen. Metode penelitian yang cocok untuk mengkaji masalah di atas ialah pendekatan kualitatif-naturalistik. Setiap komponen Manajemen Mutu
Sekolah Dasar dianalisis dan diinterprestasikan secara reduktif, agar memberikan
makna yang mendalam. Lokasi penelitian mencakup enam SDN di Kotif Cimahi, yang
mewakili klasifikasi: baik, sedang dan kurang.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perilaku kepemimpinan Kepala Sekolah
masih menunjukkan profil formalistik-birokratik yang sangat kental, kecuali
pada Sekolah Dasar baik, mulai tampak upaya untuk menciptakan etos kerja yang
berorientasi pada budaya mutu. Pergeseran profil kepemimpinan harus diawali
oleh keberanian Kepala Sekolah untuk bertindak tegas sesuai dengan situasi dan
kondisi yang dihadapi, serta didukung oleh keterbukaan dan kebersamaan dalam
memberdayakan SDM. Berdasarkan temuan diatas, direkomendasikan agar Kepala Sekolah
menerapkan gaya Kepemimpinan kontingensi dengan mengutamakan teknik
partisipasi-interaktif. Rekomendasi lain diarahkan untuk menggugah para
peneliti lain, agar meneliti MMS dalam wilayah kajian yang lebih luas.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh
Yusuf Hadijaya, Disertasi pada Program Pascasarjana Universitas Islam
Nusantara, dengan judul Strategi Peningkatan
Kinerja Pengawas Dan Kepala Madrasah Aliyah Di Kabupaten Tapanuli Tengah (Penelitian Kualitatif Tentang Manajemen
Personil Pendidikan Di Kantor
Wilayah Kementerian Agama Sumatera Utara).
Latar belakang dari penelitian tersebut adalah bahwa mutu proses penyelenggaraan pendidikan
yang sistemik dan akuntabel di Madrasah Aliyah terutama sekali ditentukan oleh
kinerja Pengawas dan Kepala Madrasah Aliyahnya. Agar kinerja dari Pengawas dan Kepala
Madrasah Aliyah ini dapat
meningkat, maka diperlukan strategi yang tepat. Oleh karena itu strategi
peningkatan kinerja
Pengawas dan Kepala Madrasah Aliyah di Kabupaten
Tapanuli Tengah merupakan masalah yang perlu diteliti. Peran manajemen personil adalah mengelola
semua sumber daya yang dimiliki organisasi untuk mencapai tujuan organisasi,
namun penekanan peran manajemen personil adalah pada aspek yang dimiliki
organisasi. Pengembangan personil
sebagai suatu proses merekayasa perilaku kerja pegawai sedemikian rupa sehingga
personil dapat menunjukkan kinerja yang optimal dalam pekerjaannya. Untuk
menghasilkan mobilisasi yang masif pada orang dan sumber daya, sebuah
organisasi membutuhkan pemikiran strategik yang unggul yang mengintegrasikan
secara hati-hati pengendalian manajemen, komunikasi dan informasi, motivasi dan
penghargaan.
Proses
manajemen strategik dapat digambarkan sebagai pendekatan yang objektif, logis,
dan sistematik untuk membuat keputusan yang memiliki dampak jangka pendek dan
panjang bagi organisasi. Proses ini berusaha untuk mengelola informasi
kuantitatif dan kualitatif yang dibutuhkan bagi pengambilan keputusan efektif dalam
kondisi yang tidak menentu. Strategi dapat memberikan sumbangan yang sangat
bermanfaat terhadap kinerja organisasi secara keseluruhan. Proses penilaian
kinerja merupakan suatu aktivitas yang dirancang untuk membantu para personil
untuk mencapai tujuan organisasi dan individu sebagai keuntungan
organisasional. Jika demikian, maka strategi dapat digunakan dalam manajemen
pengembangan personil, karena kinerja sebagai bagian dari manajemen personil
merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam
perencanaan strategik suatu organisasi.
Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dipilih karena
lebih tepat dalam mengungkap gejala-gejala, informasi-informasi, atau
keterangan-keterangan yang berkenaan dengan hasil pengamatan selama
berprosesnya penelitian. Tempat penelitian ini dilaksanakan di Kanwil
Kementerian Agama Sumatera Utara dan di MAN Pandan, MAS Pinangsori, dan MAN
Barus. Kebijakan kontrak prestasi merupakan kebijakan
atas inisiatif
Bidang Mapenda di Kanwil Kementerian Agama Sumatera Utara sendiri yang dibuat
dan dikeluarkan untuk membuat strategi pengembangan Kepala Madrasah Aliyah bekerja.
MAN Pandan menerapkan strategi
pengembangan madrasah berkelanjutan. MAN Barus menerapkan strategi menjalankan prosedur. MAS Pinangsori
menerapkan strategi bertahan sambil berusaha terus untuk berkembang. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa semakin baik pemahaman personil pendidikan terhadap penerapan proses
manajemen strategik, semakin baik kinerjanya.
Berdasarkan beberapa kajian terhadap penelitian
terdahulu, maka peneliti menganggap bahwa penelitian ini berbeda dengan
penelitian terdahulu. Perbedaan penelitian ini antara lain ingin mengetahui
manajemen pembinaan pengawas terhadap kepala madrasah dan guru di Madrasah
Aliyah Kota Bandung. Manajemen pembinaan menyangkut semua aspek pembinaan,
sehingga sangat luas cakupannya, sedangkan output yang diharapkan adalah
peningkatan mutu pembelajaran di Madrasah Aliyah sebagai akibat dari proses
pembinaan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar