Setiap anggota dalam setiap
community memiliki kesempatan untuk mempengaruhi pilihan-pilihannya, apakah itu
dengan secara pemungutan suara atau voting, bekerja dalam kelompok-kelompok
yang terorganisir, berbicara atau menulis surat
kepada orang lain, atau dengan cara mempublikasikan pemikiran-pemikiran anggota
yang bersangkutan mengenai isu-isu tertentu. Biasanya tipe-tipe pemilihan ini
berbeda dari community yang satu ke community yang lain. Community nasional,
misalnya membuat pilihan-pilihan tentang perpajakan, militer, sedangkan
community lokal khususnya pada wilayah-wilayah tertentu bisa saja membuat
pilihannya pada pendidikan dasar dan lanjutan, transportasi, perlindungan
kebakaran, pembuangan limbah dan sebagainya.
Sehubungan dengan itu,
lapangan analisis kebijakan merupakan suatu tubuh konsep-konsep dan
prinsip-prinsip yang dapat digunakan untuk membantu individu membuat pilihan
secara intelegent, etis, dan efektif. Dalam suatu kebijakan, suatu program
pilihan secara signifikan dapat mempengaruhi banyak orang. Jika pilihan itu
dilakukan oleh pemerintah, maka pilihan tersebut disebut sebagai “pilihan publik”.
Jika pilihan itu dilakukan oleh suatu lembaga swasta atau oleh yang memiliki
pribadi yang berpengaruh ini masih dapat mempengaruhi banyak orang.
Pada mulanya aturan
kebijakan lebih dari penggunaan administrasi aturan yang sudah ada pada suatu
kasus tunggal. Suatu kebijakan biasanya melibatkan suatu aturan atau penetapan
program kegiatan yang digunakan dalam
berbagai kasus. Berdasarkan ini, dapat dikatakan bahwa suatu “pilihan
kebijakan” adalah setiap pilihan tunggal yang memiliki ruang lingkup yang luas
di antara kebijakan-kebijakan yang mungkin dianalisis dalam batasan-batasan
sistem, suatu sifat yang membedakan dari suatu pilihan yang kebijakan adalah
bahwa pilihan itu diharapkan dapat memberikan perbedaan untuk merubah usaha
pengembangan tertentu dan sumber-sumber untuk melakukan analisis yang
sistematis terhadap konsekuensi yang diharapkan.
Dalam prosesnya, penentuan
pilihan dapat dilakukan dalam beberapa tahap. Namun, dalam kondisi di mana
terdapat suatu usulan kebijakan itu akan dianalisis. Dalam hubungan ini, suatu
“pernyataan kebijakan” semata-mata merupakan suatu indikasi verbal, tidak dapat
dianalisis secara teratur dalam batas-batas pertimbangan sebagaimana diuraikan
berikutnya.
Berdasarkan uraian-uraian
tersebut, dapat dikatakan bahwa analisis kebijakan merupakan penggunaan pikiran
dan bukti untuk memilih kebijakan yang terbaik antara sejumlah alternatif.
Definisi lainnya pada analisis kebijakan yang digunakan sampai sekarang ini,
pertama adalah yang menyatakan bahwa analisis kebijakan; adalah yang
membedakannya dari informasi istilah-istilah pertimbangan analisis kebijakan
untuk menjelaskan sebab dan konsekuensi berbagai kebijakan dan mengeluarkan
dari analisis kebijakan pertimbangan seperti “apa yang seharusnya dilakukan
pemerintah” atau menjembatani tentang perubahan-perubahan dalam apa yang mereka
lakukan. Sesuai dengan konteks tulisan ini, pembahasan selanjutnya difokuskan
pada pemilihan kebijakan yang seharusnya dilakukan pemerintah.
Bagaimana hubungan antara
analisis kebijakan dengan lapangan-lapangan lainnya? Hal ini dapat ditunjukkan
dengan menggunakan bantuan definisi kebijakan tersebut. Analisis kebijakan
adalah penggunaan pikiran dan bukti untuk membuat pilihan kebijakan yang
terbaik. Berdasarkan ini, harus dicoba melihat hubungan-hubungan logis antara
bukti dan pilihan serta hubungannya dengan nilai-nilai. Sehubungan penggunaan
pikiran dan bukti ini merupakan karakteristik setiap ilmu dasar dan terapan
yang diajarkan di perguruan tinggi. Analisis yang sistematis pada
pilihan-pilihan kebijakan seringkali didasarkan pada generalisasi-generalisasi
sains. Jika alternatif kebijakan misalnya, dengan mengutamakan teknologi, maka
evaluasi akan banyak melibatkan ilmu-ilmu alam dan terapan.
Namun, walaupun sains
dilibatkan dalam banyak pilihan kebijakan, tapi pilihan-pilihan ini tidak dapat
dibuat berdasarkan sains itu sendiri. Untuk itu dibutuhkan
konsiderasi-konsiderasi etis atau filosofis. Pengetahuan intuitif atau non
ilmiah juga dilibatkan dalam pilihan-pilihan kebijakan, karena setiap masalah
riil bercabang ke dalam “reals” di mana sains dapat memberikan sedikit
informasi. Suatu model ilmiah yang sangat cocok dengan suatu masalah riil melibatkan
pertimbangan-pertimbangan bahwa variabel-variabel nyata dapat diabaikan dan
yang lainnya berhubungan dengan observasi-observasi tertentu.
Dalam hal ini pikiran
digunakan untuk menelusuri hubungan-hubungan kausal antara kebijakan dan
efek-efeknya yang diharapkan. Selain itu, pikiran juga dapat digunakan dengan
efek-efek kebijakan dan menghubungan nilai-nilai dengan aspek-aspek yang
lainnya.
Apabila analisis kebijakan
bertujuan untuk memilih kebijakan yang terbaik di antara sejumlah alternatif,
maka perlu diseleksi nilai-nilai atau prinsip-prinsip etis yang digunakan serta
menghubung-kannya dengan konsekuensi-konsekuensi yang diharapkan dari berbagai
kebijakan yang mungkin. Nilai-nilai yang mendasari kebijakan pada dasarnya juga
dipelajari dalam filsafat dan dengan beberapa ekonomi (paling tidak dalam
hal-hal tertentu). Konsekuensi-konsekuensi yang diharapkan harus
dipertimbangkan sedemikian rupa sehingga mencakup tidak hanya nilai suatu
kebijakan, melainkan juga sejauh mana kesempatan kebijakan memberikan
pengaruh-pengaruhnya dalam praktek. Dalam hubungannya dengan pandangan
ilmu-ilmu sosial, analisis kebijakan tidak terbatas pada disiplin ilmu tunggal.
Dalam konteks ini disiplin-disiplin yang menjadi pertimbangan dalam penentuan
analisis kebijakan adalah sosiologi, filsafat, ekonomi, statistik, ilmu
politik.
Analisis kebijakan yang
secara khusus didasarkan pada ilmu-ilmu sosial, harus dengan mempertimbangkan kegunaan analisis
kebijakan ini yakni dengan tidak identik dengan ilmu-ilmu sosial tertentu. Ini
melibatkan variabel-variabel yang berpengaruh. Dalam hal tertentu analisis
kebijakan cenderung dipandang manusia sama dengan dialog dengan diri kita
sendiri daripada ilmu sosial. Dalam memprediksi konsekuensi-konsekuensi
kebijakan bagi manusia, dapat dipergunakan model-model determinik perilakunya.
Tapi dalam kelayakan politis, harus dipertimbangkan interaksi-interaksi dengan
orang lain yang dipengaruhi dan kepada siapa kebijakan itu dijanjikan. Selain
itu, imajinasi dan praktisan juga penting dalam setiap usaha analisis
kebijakan.
Analisis kebijakan berbeeda
dari pikiran-pikiran mengenai profesi, walaupun hal ini seringkali tumpang
tindih dengan analisis kebijakan. Sebagai mana telah diketahui bahwa berbagai
profesi menghadapi pilihan-pilihan kebijakan dalam pendidikan, jurnalistik,
kesehatan, hubungan luar negeri, kesejahteraan, penduduk, per-adilan, dan
administrasi negara. Namun demikian, analisis kebijakan terdiri atas
elemen-elemen umum yang berlaku untuk semua bidang profesi tersebut. Dalam
analisis kebijakan misalnya, dipertanyakan apakah tujuan seperti profesi medis
dan pendidikan, apakah kejahatan dapat diturunkan selain dengan menggunakan
lembaga kepolisian, dan sejumlah pertanyaan lainnya dalam setiap analisis
kebijakan dalam hubungannya dengan bidang profesi tersebut.
Sebagaimana sudah
disebutkan bahwa setiap analisis ter-hadap suatu pilihan kebijakan melibatkan satu set
unsur-unsur atau komponen yang umum. Secara konseptual komponen-komponen umum
dalam analisis kebijakan ini adalah definisi permasalahan, kriteria untuk
pilihan, alternatif, model dan keputusan, kelayakan politis dan siklus analisis
kebijakan. Pada dasarnya komponen-komponen inilah yang menjadi inti dari MacRae,
Jr. dan Wilde dalam buku mereka sebagaimana disajikan laporan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar