Dalam sosiologi, penduduk adalah
kumpulan manusia yang menempati wilayah geografi dan ruang tertentu.
Masalah-masalah kependudukan dipelajari dalam ilmu demografi. Berbagai aspek
perilaku manusia dipelajari dalam sosiologi, ekonimi, dan geografi. Demografi
banyak digunakan dalam pemasaran, yang berhubungan erat dengan unit-unit
ekonomi, seperti pengencer hingga pelanggan potensial. Kependudukan atau
demografi adalah ilmu yang mempelajari dianmika kependudukan manusia. Meliputi
didalamnya ukuran, struktur, dan distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah
penduduk setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan.
Analisis kependudukan dapat merujuk masyarakat secara keseluruhan atau kelompok
tertentu yang didasarkan kriteria seperti pendidikan, kewarganegaraan, agama,
atau etnisitas tertentu.
Problema kependudukan adalah
masalah seluruh bangsa. Sungguh naïf bila masih ada yang berpendapat bahwa
masalah kependudukan merupakan urusan negara semata. Tanpa kepedulian semua pihak
dan dukungan stakeholders, masalah
kependudukan akan berkembang tak terkendali sehingga pada suatu saat akan menimbulkan
masalah yang amat kompleks di bidang ekonomi, sosial, politik dan pemerintahan.
Jumlah penduduk
yang besar, tingkat pertumbuhan-nya yang masih tinggi, dan penyebaran antar
daerah yang kurang seimbang merupakan ciri penduduk Indonesia dan merupakan
masalah pokok di bidang kependudukan. Keadaan penduduk yang demikian ini telah
mempersulit usaha peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat dan pada
akhirnya dapat memperlambat tercapainya tujuan pembangunan nasional, yaitu
mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
Semakin tinggi
tingkat pertumbuhan penduduk, semakin besar usaha yang diperlukan untuk
mempertahan-kan dan meningkat-kan taraf kesejahteraan rakyat ter-tentu dan
semakin besar pula usaha yang diperlukan untuk mencapai tingkat pemerataan
kesejahteraan rakyat.
Pertumbuhan
penduduk yang masih tinggi disebabkan tingkat kelahiran masih lebih tinggi
dibandingkan tingkat kematian penduduk. Hal ini selanjutnya mengakibatkan
proporsi penduduk dengan usia muda yang besar, sehingga kelompok penduduk yang
secara langsung ikut dalam proses produksi harus memikul beban yang relatif
lebih berat untuk melayani kebutuhan penduduk yang belum termasuk dalam
kelompok usia kerja. Makin besarnya jumlah penduduk usia muda mengakibatkan
juga peningkatan kebutuhan pendidikan, penyediaan lapangan kerja dan
kebutuhan-kebutuhan lain untuk menunjang kesejahteraan penduduk.
Tingginya laju pertumbuhan
penduduk juga disebabkan masih tingginya tingkat
kelahiran. Pertumbuhan penduduk yang tinggi menyebabkan hasil-hasil pembangunan
kurang bisa dirasakan masyarakat dan menjadi beban berat bagi pembangunan
selanjutnya. Oleh karena itu upaya langsung untuk menurunkan tingkat kelahiran
mutlak perlu ditingkatkan. Tingkat kematian terutama kematian bayi dan anak
erat kaitannya dengan masalah kualitas kehidupan manusia dan masyarakat. Dengan
demikian usaha yang dapat menaikkan tingkat kesehatan, pengetahuan dan sikap
serta perilaku masyarakat untuk hidup sehat terus ditingkatkan.
Penyebaran
penduduk antar daerah yang kurang seimbang juga menimbulkan masalah pemanfaatan
sumber alam dan sumber daya manusia bagi pembangunan. Di daerah dengan kepadatan
penduduk tinggi, timbul tekanan yang besar bagi tanah, hutan dan air serta
sumber-sumber alam lainnya di samping menyempitnya kesempatan bagi penduduk
untuk memakai sumber-sumber alam tersebut. Sementara itu, sumber-sumber alam
di daerah jarang penduduk masih belum termanfaatkan sepenuhnya. Keadaan ini
merupakan kendala bagi pencapaian tujuan pemerataan kesejahteraan rakyat antar
daerah.
Penduduk yang terkonsentrasi di suatu wilayah akan
menimbulkan tekanan yang besar terhadap perekonomian dan lingkungan sekitarnya,
serta mempersulit penggunaan sumber daya manusia secara lebih efisien. Di lain pihak kekurangan
penduduk di suatu daerah akan menyebabkan kurangnya pemanfaatan sumber daya
alam yang ada. Untuk itu usaha penyebaran penduduk melalui program transmigrasi
terus ditingkatkan untuk mendapatkan hasil yang optimal dari pembangunan dan
mempercepat proses pembangunan itu sendiri.
Kebijakan dan
langkah-langkah dalam bidang kependudukan sejak masa Orde Baru merupakan bagian
dari serangkaian langkah-langkah jangka panjang dalam pengendalian pertumbuhan
penduduk dan merupakan pula bagian terpadu dari usaha pembangunan lainnya.
Dengan demikian, diharapkan tercapai keseimbangan yang baik antara jumlah dan
kecepatan pertumbuhan penduduk dengan perkembangan sosial ekonomi. Dalam
hubungan ini maka usaha-usaha operasional di bidang kependudukan dijabarkan
kedalam berbagai sasaran kuantitatif dan kualitatif untuk menurunkan tingkat kelahiran
dan
kematian, memperpanjang tingkat harapan hidup, dan menyerasikan penyebaran
penduduk dan tenaga kerja. Kebijaksanaan kependudukan juga diarahkan untuk
menunjang tarap hidup, kesejahteraan dan kecerdasan bangsa serta tujuan-tujuan
pembangunan lainnya.
Usaha
menurunkan tingkat kelahiran dilaksanakan melalui penyebarluasan dan penyediaan
sarana-sarana keluarga berencana serta usaha meningkatkan pengetahuan, sikap, dan
praktek Keluarga Berencana. Di samping itu diusahakan juga berbagai kegiatan
yang mendorong para keluarga untuk melaksanakan norma keluarga kecil yang
bahagia dan sejahtera.
Usaha
menurunkan tingkat kematian terutama tingkat kematian bayi dan anak-anak
dilaksanakan melalui berbagai upaya di bidang kesehatan, pangan dan gizi,
pendidikan, perumahan dan penyediaan air bersih dan lain-lain. Penurunan
tingkat kematian ini akan membawa dampak terhadap perpanjangan harapan hidup
penduduk.
Penyebaran penduduk
dan tenaga kerja yang lebih seimbang dan serasi dilaksanakan melalui berbagai usaha di bidang
transmigrasi, pembangunan daerah, pembangunan desa dan kota, pembangunan
prasarana perhubungan dan jasa angkutan, dan penyebaran kegiatan pembangunan
antar daerah. Pembangunan perkotaan diarahkan agar arus perpindahan penduduk tidak
tertuju kepada kota-kota besar tertentu saja tetapi juga kepada berbagai kota kecil.
Fenomena Ledakan Penduduk
Dalam pidato Presiden pada 16
Agustus 2011, kita dikagetkan dengan hasil sensus penduduk 2010. Presiden
menyebutkan bahwa penduduk Indonesia berjumlah 237,6 juta tahun 2011. Benarkah
jumlah penduduk Indonesia meledak lagi? Apa yang disebut dengan peledakan
penduduk?
Istilah peledakan penduduk muncul
ketika orang membicarakan transisi demografi.Kerangka berpikirnya adalah pada
awal pembangunan suatu masyarakat memiliki angka pertumbuhan penduduk yang
rendah karena angka kelahiran dan kematian yang tinggi. Banyak bayi yang lahir,
tetapi juga banyak orang yang meninggal karena berbagai sebab. Ketika teknologi
kedokteran dan fasilitas kesehatan meningkat, angka kematian pun turun dengan
cepat. Kalau turunnya angka kematian ini tidak disertai dengan penurunan angka
kelahiran, terjadilah ”peledakan penduduk”.
Jumlah yang lahir jauh lebih banyak
dari yang meninggal. Akibatnya, angka pertumbuhan penduduk meningkat dengan
cepat. Peledakan penduduk ini dapat mengacaukan pembangunan ekonomi dan
mengganggu kesejahteraan keluarga. Pendapatan masih rendah, sementara banyak
anak yang harus diurus. Kualitas anak tidak terjamin sehingga sulit keluar dari
perangkap kemiskinan. Di Indonesia, angka pertumbuhan penduduk tahunan
tertinggi mencapai 2,34% pada periode 1971-1980.Program Keluarga Berencana (KB)
berhasil menekan angka pertumbuhan penduduk tahunan menjadi 1,97% pada periode
1980-1990.
Secara absolut, tambahan jumlah
penduduk mulai turun dari 31,7 juta pada 1980-1990 menjadi 26,5 juta pada
periode 1990-2000. Kalaupun penduduk Timor Timur diperhitungkan pada sensus
2000, kenaikan pada periode 1990-2000 pun hanya sekitar 27,5 juta, masih lebih
rendah daripada kenaikan 1980-1990. Jadi kapan penduduk Indonesia meledak?
Kalau menggunakan angka pertumbuhan penduduk, peledakan terjadi pada 1971-1980.
Kalau menggunakan kenaikan jumlah penduduk secara absolut, peledakan terjadi
pada periode 1980-1990. Lalu mengapa ada kekhawatiran terjadi peledakan
penduduk?
Ada tiga tanda yang dinilai telah
terjadi peledakan penduduk. Pertama, angka
pertumbuhan penduduk tahunan meningkat dari 1,44% pada periode 1990-2000
menjadi 1,48% periode 2000-2010. Kedua,
tambahan jumlah penduduk periode 2000-2010 mencapai 32,5 juta, lebih besar
daripada periode 1990-2000 yang hanya 27,5 juta (kalau Timor Timur diperhitungkan).
Ketiga, hasil sensus ini ternyata
lebih tinggi daripada dugaan para demografer. Misalnya Badan Pusat Statistik
(BPS) pada 2007 memproyeksikan bahwa penduduk Indonesia akan berjumlah 234,2
juta pada 2010, yang ternyata lebih rendah dari hasil sensus 2010. Sebelum
mencari tahu sebab kenaikan angka pertumbuhan dan tambahan jumlah penduduk,
kita terlebih dulu melihat apakah benar hasil sensus ini mengagetkan.
Sesungguhnya demografer bukan
tukang ramal yang dapat memberikan suatu angka pasti. Mereka biasanya
memberikan suatu interval atau beberapa skenario kecenderungan. Namun, BPS
hanya menyajikan satu angka saja, dan hal ini yang telah menimbulkan
kesalahpahaman. Kalaulah proyeksi BPS dan hasil sensus diberi interval plus
minus 1%, proyeksi BPS tadi menghasilkan jumlah penduduk antara 231,9 juta dan
236,5 juta pada 2010. Dengan interval yang sama, sensus penduduk memberikan
hasil antara 235,2 juta dan 240,0 juta. Terlihat ada tumpang tindih antara
proyeksi BPS dan hasil sensus, walau hasil proyeksi cenderung berada di bawah
hasil sensus.
Hasil sensus memang lebih tinggi
daripada proyeksi BPS, tetapi perbedaannya kecil sekali. Lalu, mengapa angka
pertumbuhan periode 2000-2010 meningkat? Ada empat hal yang mungkin menjadi
penyebab. Pertama, transisi demografi
telah selesai di Indonesia. Angka kelahiran telah mencapai atau bahkan di bawah
replacement level yakni angka yang
sudah relatif rendah yang biasa ditemui di negara maju. Pada saat angka
kelahiran sudah serendah ini, angka kelahiran memang sering naik dan turun
tergantung kondisi ekonomi, sosial, dan politik.
Angka kelahiran tetap terus
menurun, namun mungkin saja penurunannya tidak secepat yang diproyeksikan BPS. Kedua, angka kematian telah menurun
lebih cepat daripada yang diduga. Penduduk Indonesia ternyata hidup lebih lama.
Berita penemuan petugas sensus tentang penduduk yang berusia lebih dari 100
tahun dapat menjadi sedikit petunjuk bahwa penduduk Indonesia kini mampu hidup
lebih lama daripada yang kita duga. Kenaikan jumlah penduduk karena kita hidup
lebih lama mungkin justru berita yang baik, bukan suatu ”peledakan”.
Ketiga, ada migrasi masuk ke Indonesia
yang lebih besar daripada migrasi keluar. Namun, proyeksi BPS mengasumsikan
bahwa jumlah migrasi keluar sama dengan migrasi masuk. Walaupun kini makin
banyak penduduk Indonesia bermigrasi ke luar negeri, krisis global 2008-2009
mungkin berdampak pada pulangnya para pekerja Indonesia. Di luar krisis global,
arus balik para pekerja juga mungkin terus meningkat. Selain itu, makin banyak
orang asing yang bekerja dan tinggal di Indonesia. Sebab itu, seperti yang
diasumsikan BPS, arus migrasi masih belum banyak berpengaruh pada pertumbuhan
penduduk Indonesia untuk periode 2000-2010.
Dari sisi migrasi, amat kecil pula
kemungkinan terjadi ”peledakan” pada periode 2000-2010. Keempat, soal akurasi
data sensus 2010, relatif terhadap data sensus 2000. Sensus 2010 dilaksanakan
dengan dana dan tenaga yang lebih besar serta latihan yang lebih baik. Sensus
ini juga dilaksanakan pada saat kondisi ekonomi, sosial, dan politik yang baik.
Ada daerah yang biasanya tak tercacah kini tercacah. Suasana pada 2000 sangat
tidak menguntungkan untuk sensus.
Kerusuhan membuat orang sulit dan
takut disensus. Demam demokrasi juga dapat menyebabkan orang menolak untuk
disensus. Maka, kenaikan angka pertumbuhan dan penambahan jumlah penduduk di
periode 2000- 2010 yang disebut di atas mungkin terlalu tinggi. Artinya, kemungkinan
terjadi ”peledakan”juga makin kecil. Peledakan penduduk seperti yang terjadi 30
atau 40 tahun yang lalu mungkin tidak akan terjadi di Indonesia. Permasalahan
demografi saat ini sangat berbeda dengan permasalahan 50 sampai 30 tahun yang
lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar