Jumat, 30 Desember 2011

Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Pegawai


A.   Latar Belakang Penelitian 
Institut  Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) adalah sebuah  lembaga pendidikan tinggi kedinasan yang sistem pendidikannya disebut Tri Tunggal Pusat yang berjalan secara simultan antara Pengajaran, Pelatihan dan Pengasuhan disingkat JarLatSuh. Sebagai suatu lembaga kedinasan di bawah Kementerian Dalam Negeri, IPDN bertugas menyiapkan sumberdaya manusia yang digunakan oleh pemerintah untuk menyelenggarakan pemerintahan. Hal tersebut secara eksplisit terlihat dalam visi IPDN yaitu “Unggul dalam menyiapkan Kader Pamong Praja yang berwawasan negarawan, ilmuwan, professional dan demokratis dengan berdasarkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan dengan memperhatikan lingkungan lokal nasional dan global.”
Penyelenggaraan pendidikan IPDN dilakukan pemberdayaan untuk mengubah peserta didik menjadi kader pemerintahan dalam negeri yang berkualitas, guna mendukung penyelenggaraan pemerintahan didaerah dan dipusat serta memberikan pelayanan prima pada masyarakat luas. Pola pendidikan kedinasan dalam wadah IPDN dirancang untuk menghasilkan kader yang memililki keahlian dan disiplin dengan jiwa pengabdian yang tinggi, serta memiliki wawasan akademis.
   Dari visi IPDN, terdapat tiga kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh lulusan IPDN yaitu kepemimpinan (leadership), kepelayanan (stewardship) dan kenegarawanan (statesmanship). Ketiga kompentensi dasar tersebut merupakan produk unggulan bagi lulusan/alumni IPDN.
   Agar setiap lulusan/alumni IPDN memiliki ketiga dasar kompentensi tersebut maka semua aset sumberdaya manusia (dosen, pelatih, pengasuh maupun tenaga administrasi)  merupakan pegawai Negeri di Institut Pemerintahan Dalam Negeri dibebankan melaksanakan tugas berdasarkan struktur organisasi  dan kompentensi bidang keahlian untuk mencapai tujuan dan sasaran yang lebih efisien dan efektif.
   Sumber daya manusia merupakan salah komponen yang dibutuhkan dalam mengatur dan menggerakkan roda organisasi yang harus mendapat perhatian penuh, Pemerintah kini mengadakan perubahan yang mendorong pada sikap dan perilaku pegawai kearah hasil kerja yang lebih baik. Perhatian pemerintah tersebut ditopang dengan penciptaan kinerja pegawai yang diarahkan pada peningkatan prestasi kerja dan dapat tercapainya tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Hal ini sejalan dengan pendapat Malayu H.S Hasbuan (2006 :235) yang menyatakan bahwa:
”Kemampuan (ability) menunjukkan potensi orang untuk melaksanakan pekerjaan. Kemampuan ini mungkin dimanfaatkan sepenuhnya atau mungkin juga tidak. Kemampuan ini berhubungan erat dengan totalitas daya pikir dan daya fisik yang dimiliki seseorang untuk melaksanakan pekerjaan.”

   Berdasarkan uraian tersebut, persyaratan yang sangat mendasar bagi pegawai adalah kemampuan intelektual dengan motivasi kerja yang tinggi sehingga tercipta kinerja pegawai yang kondusif untuk merealisasikan potensi kerja yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan organisasi.  
   Bintoro (1998:120) mengatakan, yang perlu diperhatikan dalam pembinaan aparatur pemerintah yang produktif adalah:
1.        Keterampilan dan kemampuannya, yang dapat disebut sebagai kemampuan professional dan manajerial.
2.        Motivasi dan dedikasinya. Dorongan untuk  berkarya, mengabdi, melaksanakan tugas dan menyelesaikan amanat. Dalam hal ini adalah orientasi pengabdian untuk Negara, bangsa dan masyarakat.
3.        Sikap mental, etos kerja misalnya disiplin, kerja keras, produktif, jujur, tertib.
 
Pendapat ini pada dasarnya untuk mewujudkan tingkat  produktivitas  kerja pengawai yang tinggi. Pengawai yang memiliki kerja yang relatif tinggi akan selalu giat dan aktif bekerja yang menjurus kepada pencapai produktivitas kerja yang tinggi, dan akhirnya tujuan organisasi dapat  tercapai secara optimal. Untuk mengetahui kinerja haruslah diperhatikan sikap sikap individu dalam hubungannya dengan organisasi, karena kinerja merupakan akibat adanya kemampuan individu, kelompok dan organisasi. Dengan demikian di dalam proses pencapaian tujuan organisasi perlu kondisi yang kondusif, yang merupakan fungsi organisasi dalam pelaksanaan administrasi. Ini berarti faktor pembinaan dan pendayagunaan pegawai merupakan bagian yang  tidak terpisahkan dengan faktor kinerja pengawai. Dengan mengembangkan kinerja yang positif, pengawai akan mampu meningkatkan kualitas pelayanan yang baik untuk memacu tercapainya tujuan organisasi.
Perilaku yang berbeda dari setiap pegawai sebagai individu dapat dilihat dari tingkatan kemampuan kerja pengawai dalam proses pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Asumsi tersebut apabila dikaitkan  dengan perilaku pegawai pada Institut Pemerintahan Dalam Negeri, adanya kesamaan bahwa perilaku pegawai yang berbeda telah merefleksikan kepada tingkat kemampuan kerja yang berbeda pula. Hal tersebut akan membawa konsekuensi terhadap tingkat efektivitas organisasi.
Berdasarkan  pengamatan awal penelitian di Institut Pemerintahan Dalam Negeri ditemukan beberapa permasalahan yaitu masih kurang efektifnya pegawai melaksanakan melaksanakan tugas-tugas dalam memberikan pelayanan pada umumnya serta pada anak didik (praja) pada khususnya yang merupakan fungsi dari instansi Pemerintahan, dimana masih adanya pegawai yang tidak hadir di tempat kerja, ketidaktepatan waktu masuk dan cepat pulang, selain itu menyerahkan kerja pada orang lain yang bukan tugasnya, menunda pekerjaan merupakan hal yang dilakukan oleh sebagian pegawai di lingkungan IPDN yang dapat mengakibatkan kurang efektifnya pelaksanaan pelayanan administrasi khususnya terhadap praja IPDN.
Setiap pegawai yang bekerja mempunyai motif dan harapan tertentu, maka dalam pemberian  motivasi harus dapat mencerminkan motif serta harapan pengawai, terhadap kemungkinan memperoleh balasan (reward) yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Kebutuhan merupakan fundamen yang mendasari  perilaku pegawai. Kebutuhan seseorang berubah dari waktu kewaktu dan dari individu ke individu lainnya, dan tentunya diperlukan penyelarasan sehingga tujuan (harapan) pengawai dan tujuan organisasi secara keseluruhan dapat saling menunjang, sehingga tujuan kedua belah pihak dapat sama sama tercapai.
Kenyataan sering terjadi benturan kepentingan antara bawahan dengan atasan yang seringkali bawahan menjadi terpojok dan pada akhirnya frustasi dan stress sehingga tidak termotivasi. Selain itu tidak jelasnya reward dan punishment yang diterima. Tidak jelasnya evaluasi yang dilakukan tentang prestasi kerja, serta penempatan karyawan yang kurang tepat dapat mengakibatkan menurunnya motivasi kerja pegawai administrasi khususnya di lingkungan IPDN Jatinangor, karena prestasi kerja akan meningkat apabila pegawai berkeyakinan bahwa dari prestasi akan mendapatkan imbalan yang lebih besar. Seorang pegawai yang tidak memiliki harapan bahwa prestasi kerja akan dihargai lebih tinggi, tidak akan termotivasi untuk berusaha meningkatkan kemampuan kerjanya.
Kemampuan kerja yang dimiliki oleh seorang individu pada dasarnya merupakan bekal yang sangat mendasar dalam kehidupan. Sebagaimana dinyatakan oleh Gibson et.al (1996:98) bahwa:
”Manusia akan dapat berkembang sesuai dengan kemampuannya dengan menggunakan potensi yang ada dan akan tetap terbuka kesempatan untuk berkembang dan berubah jika potensi meraka digali secara terus menerus, tentunya potensi yang dimiliki oleh masing-masing individu adalah berbeda, tergantung pada kemampuannya. Perbedaan dalam hal kemampuan akan berpengaruh terhadap perilaku kerja serta kinerja individu”.
Meskipun karyawan memiliki kemampuan kerja yang tingi tetapi tidak didukung motivasi kerja yang memadai, maka kinerjanya akan rendah dalam memberikan pelayanan. Pelayanan sering diartikan sebagai kaitan mengurus, menyiapkan sesuatu baik berupa barang ataupun jasa terhadap pengguna (stakeholder), pelanggan (user), konsumen dan semacamnya. Pelayanan tersebut identik dengan kegiatan organisasi atau lembaga yang mengabdi atau berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan pihak yang membutuhkan pelayanan. Kegiatan pelayanan dalam suatu organisasi memiliki peran penting dan strategis, terutama bagi organisasi yang berorientasi pada pelayanan jasa.
Efektivitas pelayanan merupakan pengukuran dalam arti tercapainya sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Efektivitas organisasi pada dasarnya adalah efektivitas perorangan yang melaksanakan tanggungjawabnya dengan baik.
Berdasarkan pengertian pelayanan tersebut  di atas, maka dapat dipahami bahwa instansi pemerintah yang berorientasi kepada pelayanan jasa harus memberikan pelayanan prima kepada yang dilayani. Artinya pelayanan yang berkualitas adalah suatu tanggung jawab (kewajiban) pihak memberi pelayanan dan merupakan hak dari pihak penerima pelayanan. Pelayanan bagi instansi atau lembaga pemerintah khususnya yang bergerak dalam pelayanan jasa, maka sudah merupakan kewajiban setiap aparat atau karyawannya memberikan pelayan terbaik. Suatu instansi atau lembaga dalam operasionalnya tidak terlepas dari penilaian atau respon konsumen maupun posisinya sebagai mitra dalam hal mewujudkan efektifitas pelayanan.
Pada dasarnya setiap pelayanan, senantiasa harus selalu ditingkatkan kinerjanyanya sesuai dengan keinginan klien atau pengguna jasa. Akan tetapi kenyataannya untuk mengadakan perbaikan terhadap kinerja pelayanan bukanlah sesuatu yang mudah, sehingga motivasi dan kemampuan pegawai yang perlu mendapatkan prioritas di dalam meningkatkan pelayanan, oleh karena itu penelitian ini difokuskan pada pengukuran pengaruh kedua faktor tersebut terhadap efektivitas pelayanan di lingkungan Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Jatinangor. Berdasarkan uraian di atas, maka judul penelitian mandiri ini adalah Pengaruh Motivasi dan Kemampuan Kerja Pegawai Terhadap Efektivitas Pelayanan Kepada Praja (Studi Kasus Pada IPDN Jatinangor).
B.    Rumusan Masalah
            Berdasar latar belakang penelitian di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah:
1.        Sejauhmana pengaruh motivasi kerja pegawai terhadap efektivitas pelayanan kepada praja di IPDN Jatinangor .
2.        Sejauhmana pengaruh kemampuan kerja pegawai terhadap efektivitas pelayanan kepada praja di IPDN Jatinangor .
3.        Sejauhmana motivasi kerja dan kemampuan kerja pegawai secara bersama-sama berpengaruh terhadap efektivitas pelayanan kepada praja  di IPDN Jatinangor .
4.        Kebijakan apa saja yang harus dilakukan untuk meningkatkan motivasi, kemampuan kerja dan efektivitas pelayanan kepada praja di IPDN Jatinangor.

C.  Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian mandiri ini adalah untuk mengetahui:
1.        Pengaruh motivasi kerja pegawai terhadap efektivitas pelayanan kepada praja di IPDN Jatinangor
2.        Pengaruh kemampuan kerja pegawai terhadap efektivitas pelayanan kepada praja di IPDN Jatinangor.
3.        Pengaruh motivasi kerja dan kemampuan kerja pegawai secara bersama-sama terhadap efektivitas pelayanan kepada praja di lingkungan IPDN Jatinangor.
4.        Kebijakan yang harus dilakukan lembaga IPDN untuk meningkatkan motivasi, kemampuan kerja dan efektivitas pelayanan kepada praja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KONTRIBUSI PEMIKIRAN HUKUM NAHDLATUL ULAMA

Lembaga Bahtsul Masail ialah sebuah Lembaga yang berfungsi sebagai forum diskusi antara para ulama serta kaum intelektual guna membahas pe...