Selasa, 03 Januari 2012

Akselerasi Pendidikan


Istilah "akselerasi" dipahami dalam berbagai bentuk. Kebanyakan istilah ini dimengerti sebagai lompat kelas, ada yang mengartikan provisi individual dengan berbagai cara, sehingga siswa lebih cepat belajar. Montgomery mengidentifikasi berbagai bentuk akselerasi: masuk fase pendidikan lebih dini, lompat kelas, bergabung dengan kelas yang lebih tinggi, kelas vertikal siswa berbagai umur, pelajaran ekstra, belajar secara konkuren, misalnya anak SD belajar di SMP, penyelesaian silabus dalam sepertiga waktu yang seharusnya, mengorganisasi belajar sendiri berbeda dengan anak lain di kelas yang sama, belajar melalui mentor, misalnya nara sumber, dan kursus melalui korespondensi.
Namun untuk definisi lebih luas mengenai akselerasi ini dapat diartikan sebagai proses percepatan sesuatu dengan maksud dan tujuan tertentu. Dalam akselerasi pendidikan secara makro yaitu rekayasa ulang (re – engeneering) kebijakan pendidikan melalui sistem informasi baru dengan tujuan untuk mempercepat transformasi sistem sosial dari daerah yang dianggap telah maju kepada daerah yang belum maju.

1.  Proses Akselerasi Pendidikan
Di masa sekarang ini muncul pergeseran yang mendasar pada berbagai paradigma khususnya dalam dunia pendidikan & pengetahuan di era informasi. Keberadaan teknologi informasi, jaringan internet dan percepatan aliran informasi menjadi dasar dari pergeseran tersebut. Kekuatan knowledge menjadi terlihat dengan jelas dengan adanya percepatan transaksi informasi melalui jaringan internet.
Tampaknya semuanya demikian mudah, tentunya ada prasyarat yang menyebabkan hal-hal yang tampaknya demikian mudah menjadi mungkin. Satu hal yang sangat dominan sekali di dunia informasi adalah bahwa "keberhasilan seseorang/sebuah badan akan sangat ditentukan pada knowledge yang dihasilkan oleh orang/lembaga tersebut". Jelas bahwa keberhasilan seseorang sama sekali tidak ada kaitan dengan jabatan/kekuasaan orang tersebut; siapa orang tuanya; bagaimana koneksi dia dengan penguasa, sederhananya di era informasi "orang menggunakan otak bukan otot untuk membeli sembako". Untuk men-ciptakan kondisi yang tergambarkan di atas tentunya dibutuhkan berbagai dukungan yang terintegrasi satu sama lain sehingga terciptanya proses pendidikan yang berkualitas.
Akselerasi kualitas pendidikan pada setiap satuan pendidikan  sangat ditentukan oleh tenaga kependidikan yang berkualitas karena determinan hasil belajar terbukti ditentukan oleh seorang guru. Pada sisi lain kualitas personal setiap guru memerlukan upaya pember-dayaan guru dengan jalan workshop, pelatihan atau in service training. Ditambahkan, pemberdayaan guru dimaksudkan sebagai upaya untuk memaksimalkan kinerja atau performance guru dalam rangka melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai pendidik, pengajar, pembimbing dan administrator serta evaluator. Dari sudut pandang institusional dan instruksional guru berdiri di lini terdepan dalam pendidikan, otonomi pedagogis melekat pada setiap guru, maka sepatutnya kita melakukan sebagai upaya enpowerment guru.
Sedangkan isu sentral yang terkait dengan pemberdayaan guru adalah menciptakan suatu pengelolaan pendidikan yang memberikan suasana kondusif bagi guru untuk melaksanakan tugas profesionalnya secara kreatif dan inovatif serta memberikan jaminan kesejahteraan dan pengembangan kariernya. Oleh karena itu, pengembangan guru melalui inservice training dilakukan sebagai upaya membangun kapasitas guru, memotivasi guru untuk selalu melakukan inovasi-inovasi pembelajaran serta peka terhadap berbagai perubahan pembelajaran maupun pembaharuan kurikulum.
Melalui pelaksanaan inservice training diharapkan, guru memiliki pemahaman konsep kurikulum tingkat satuan pendidikan, mampu melaksanakan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan mampu mendesiminasikan kurikulumnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KONTRIBUSI PEMIKIRAN HUKUM NAHDLATUL ULAMA

Lembaga Bahtsul Masail ialah sebuah Lembaga yang berfungsi sebagai forum diskusi antara para ulama serta kaum intelektual guna membahas pe...