Istilah "akselerasi" dipahami dalam
berbagai bentuk. Kebanyakan istilah ini dimengerti sebagai lompat kelas, ada
yang mengartikan provisi individual dengan berbagai cara, sehingga siswa lebih
cepat belajar. Montgomery
mengidentifikasi berbagai bentuk akselerasi: masuk fase pendidikan lebih dini,
lompat kelas, bergabung dengan kelas yang lebih tinggi, kelas vertikal siswa
berbagai umur, pelajaran ekstra, belajar secara konkuren, misalnya anak SD
belajar di SMP, penyelesaian silabus dalam sepertiga waktu yang seharusnya,
mengorganisasi belajar sendiri berbeda dengan anak lain di kelas yang sama,
belajar melalui mentor, misalnya nara sumber, dan kursus melalui korespondensi.
Namun untuk definisi lebih luas mengenai
akselerasi ini dapat diartikan sebagai proses percepatan sesuatu dengan maksud
dan tujuan tertentu. Dalam akselerasi pendidikan secara makro yaitu rekayasa ulang (re – engeneering)
kebijakan pendidikan melalui sistem informasi baru dengan tujuan untuk
mempercepat transformasi sistem sosial dari daerah yang dianggap telah maju
kepada daerah yang belum maju.
1. Proses Akselerasi Pendidikan
Di masa sekarang ini
muncul pergeseran yang mendasar pada berbagai paradigma khususnya dalam dunia
pendidikan & pengetahuan di era informasi. Keberadaan teknologi informasi,
jaringan internet dan percepatan aliran informasi menjadi dasar dari pergeseran
tersebut. Kekuatan knowledge menjadi
terlihat dengan jelas dengan adanya percepatan transaksi informasi melalui
jaringan internet.
Tampaknya semuanya
demikian mudah, tentunya ada prasyarat yang menyebabkan hal-hal yang tampaknya
demikian mudah menjadi mungkin. Satu hal yang sangat dominan sekali di dunia
informasi adalah bahwa "keberhasilan seseorang/sebuah badan akan sangat
ditentukan pada knowledge yang
dihasilkan oleh orang/lembaga tersebut". Jelas bahwa keberhasilan
seseorang sama sekali tidak ada kaitan dengan jabatan/kekuasaan orang tersebut;
siapa orang tuanya; bagaimana koneksi dia dengan penguasa, sederhananya di era
informasi "orang menggunakan otak bukan otot untuk membeli sembako". Untuk
men-ciptakan kondisi yang tergambarkan di atas tentunya dibutuhkan berbagai
dukungan yang terintegrasi satu sama lain sehingga terciptanya proses
pendidikan yang berkualitas.
Akselerasi kualitas
pendidikan pada setiap satuan pendidikan sangat ditentukan oleh tenaga
kependidikan yang berkualitas karena determinan hasil belajar terbukti
ditentukan oleh seorang guru. Pada sisi lain kualitas personal setiap guru
memerlukan upaya pember-dayaan guru dengan jalan workshop, pelatihan atau in service training. Ditambahkan,
pemberdayaan guru dimaksudkan sebagai upaya untuk memaksimalkan kinerja atau performance guru dalam rangka
melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai pendidik, pengajar, pembimbing
dan administrator serta evaluator. Dari sudut pandang institusional dan
instruksional guru berdiri di lini terdepan dalam pendidikan, otonomi pedagogis
melekat pada setiap guru, maka sepatutnya kita melakukan sebagai upaya enpowerment guru.
Sedangkan isu sentral yang
terkait dengan pemberdayaan guru adalah menciptakan suatu pengelolaan
pendidikan yang memberikan suasana kondusif bagi guru untuk melaksanakan tugas
profesionalnya secara kreatif dan inovatif serta memberikan jaminan
kesejahteraan dan pengembangan kariernya. Oleh karena itu, pengembangan guru
melalui inservice training dilakukan
sebagai upaya membangun kapasitas guru, memotivasi guru untuk selalu melakukan
inovasi-inovasi pembelajaran serta peka terhadap berbagai perubahan pembelajaran
maupun pembaharuan kurikulum.
Melalui pelaksanaan inservice training diharapkan, guru
memiliki pemahaman konsep kurikulum tingkat satuan pendidikan, mampu
melaksanakan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan mampu mendesiminasikan
kurikulumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar