Jumat, 13 Januari 2012

Makna Manajemen Pendidikan


Walaupun awalnya manajemen diperlukan bagi organisasi bisnis, dalam perkembangnya manajemen juga diperlukan dalam upaya-upaya nirlaba seperti sekolah, lembaga keagamaan, dan sebagainya. Saat ini literatur mengenai manajemen untuk organisasi nirlaba cukup banyak tersedia. Bahkan pada beberapa sekolah bisnis ada mata kuliah bahkan spesialisasi dalam manajemen organisasi nirlaba. 
Pentingnya manajemen dalam pendidikan dikarenakan keberhasilan pengelolaan pendidikan ditentukan oleh tingkat pengaturan dan pembagian kerja melalui orang lain sebagai sumber daya pada organisasi atau lembaga tersebut, dan sangat dipengaruhi oleh penanggungjawab yakni seorang manajer. Koswara dalam Maskur (2001:25) menjelaskan bahwa:
Fungsi manajemen meliputi: perencanaan, pelaksanaan,  dan pengawasan. Demikian juga Depdikbud (1995:9-16) menyebutkan fungsi manajemen yakni: perencanaan, Pengorganisasian, menggerakkan, memberi arahan, pengkoordinasi, pengendalian, dan inovasi.

Universalitas fungsi manajemen didukung banyak pihak. Seorang manajer yang sukses dalam industri tertentu, juga akan mempunyai peluang sukses di industri lain. Sebagai contoh adalah keberhasilan The Wharton School menjadi sekolah bisnis terbaik di Amerika juga disebabkan karena yang direkrut sebagai dekan bukanlah seorang akademis, tetapi praktisi bisnis yaitu seorang konsultan dari McKinsey. Model praktisi menjadi dekan sekolah bisnis menjadi semacam trend di Amerika. Sekolah Bisnis University Maryland dan Darden School dari The University of Virginia juga merekrut praktisi manajemen sebagai dekan.
Keberhasilan dalam manajerial dipengaruhi oleh bentuk atau jenis pelaksanaan kepemimpinan, dan berpengaruh pula terhadap kinerja serta pengembangan sumberdaya penunjang di dalam organisasi, terutama pengaturan dan pengelolaan pendidikan yang merupakan wujud pemahaman serta penentuan landasan pembentukan manusia. Melalui pendidikan dengan proses manajerial yang baik akan menghasilkan tamatan bermutu yang tercermin dari perilaku dan kecakapan dalam menjalani kehidupannya.
Untuk tercapainya keberhasilan proses manajerial, bagi para pengelola harus menguasai benar bentuk dan jenis kepemimpinan yang memungkinkan untuk diterapkan dalam proses pengembangan dan pengelolaan suatu lembaga persekolahan. Mengingat kepemimpinan merupakan inti dari manajemen dan manajemen adalah inti dari administrasi. Siagian (1989:36) menjelaskan bahwa: “kepemimpinan merupakan inti dari manajemen, karena manajemen pendidikan merupakan faktor penggerak bagi sumber-sumber, alat-alat dan manusia dalam organisasi”. Fatah (1996:88) menjelaskan bahwa:
Pemimpinan pada hakikatnya adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan.

Wajah sekolah mungkin tepat dilekatkan pada kepala sekolah. Bahkan bukan sekedar melekatkan melainkan suatu konsekuensi kiprah regulasi kepala sekolah. Ibarat nahkoda yang menjalankan sebuah kapal mengarungi samudera, kepala sekolah mengatur segala sesuatu yang ada di sekolah. Dengan demikian, yang harus bertanggung jawab atas kandasnya sebuah sekolah dan gagalnya peserta didik adalah kepala sekolah. Apabila sekolah menuai keberhasilan maka kinerja kepala sekolah telah terukur. Semakin banyak orang yang menikmati kepuasan batin, yakni dihargai, diberdayakan dan prestatif adalah tanda-tanda kemajuan bagi kepala sekolah. Nahkoda sekolah telah mendekatkan keberhasilan para penumpang pada wilayah tujuan yang ingin diraihnya.  
Fielder (2001:44) mengemukakan tentang perilaku kepemimpinan sebagai berikut:
Dengan berperilaku kepemimpinan dimaksudkan pada umumnya adalah beberapa tindakan khusus, di mana pemimpin itu terlibat dengan cara-cara pengarahan dan pengkoordinasian pekerjaan anggota kelompok. Keikutsertakan dalam tindakan-tindakan ini berupa hubungan kerja yang terstruktur dalam menghadapi atau mengkritik anggota kelompok dan menunjukkan konsideran bagi kesejahteraan dan perasaan-perasaan anggota.

Persepsi tersebut mengandung beberapa hal yang mendasar meliputi:
1.    Pemimpin harus mampu memimpin dan pada proses itu selalu berhubungan secara vertikal dengan bawahannya, pada saat itulah terjadi aktivitas mempengaruhi orang-orang untuk berusaha mencapai tujuan. Kemampuan memimpin dengan memberikan pengaruh menggunakan komunikasi yang didasarkan pada tujuan bersama.
2.    Berdasarkan situasi tertentu, kemampuan memimpin dalam pelaksanaannya sangat dipengaruhi oleh gaya yang berbeda-beda, hal itu mempengaruhi keadaan yang spesifik.
3.    Kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin dalam menggerakkan bawahannya dengan berbagai bentuk, baik dengan power (kekuasaan) reward (ganjaran), press (tekanan), dan punishment (hukuman).
4.    Penumbuhan peran anggota, dalam hal ini menuntut pengalaman dalam menghadapi anggotanya, terutama dalam mendorong dan mengkritik kerja dengan tidak mengesampingkan perasaan mereka.
5.    Pemimpin yang selalu mengutamakan nilai-nilai humaniora akan selalu mengacu pada bentuk konsideran pekerjaan yang tertuju pada pencapaian kerja yang solid, efektif dan efisien.
Keberhasilan seorang manajer mengelola organisasi sangat ditentukan oleh efisiensi dan efektivitas pengelolaan organisasi. Dalam pelaksanaan pengaturan terhadap sumberdaya, harus dilaksanakan secara terpadu sehingga dapat mencapai tujuan organisasi. Untuk mencapai harapan yang dicita-citakan, dalam pengelolaan sumber daya harus ada suatu sistem serta mekanisme pengelolaan yang mengutamakan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi, sehingga dalam pengelolaan sumberdaya harus ditentukan ruang lingkungan permasalahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KONTRIBUSI PEMIKIRAN HUKUM NAHDLATUL ULAMA

Lembaga Bahtsul Masail ialah sebuah Lembaga yang berfungsi sebagai forum diskusi antara para ulama serta kaum intelektual guna membahas pe...