Ada beberapa unsur yang dapat kita lihat dari kinerja seorang karyawan.
Seorang karyawan dapat dikelompokkan ke dalam ting-katan kinerja tertentu
dengan melihat aspek-aspeknya, seperti: tingkat efektivitas, efisiensi,
keamanan dan kepuasan pelanggan/ fihak yang dilayani. Tingkat efektivitas dapat
dilihat dari sejauhmana seorang karyawan dapat memanfaatkan sumber-sumber daya
untuk me-laksanakan tugas-tugas yang sudah direncanakan, serta cakupan sasaran
yang bisa dilayani. Tingkat efisiensi mengukur seberapa tingkat penggunaan
sumber-sumber daya secara minimal dalam pelaksanaan pekerjaan. Sekaligus pula
dapat diukur besarnya sumber-sumber daya yang terbuang, semakin besar sumber
daya yang terbuang, menunjukkan semakin rendah tingkat efisiensinya.
Unsur keamanan-kenyamanan dalam pelaksanaan pekerjaan, mengandung dua
aspek, baik dari aspek keamanan-kenyamanan bagi karyawan maupun bagi fihak yang
dilayani. Dalam hal ini, penilaian aspek keamanan-kenyamanan menunjuk pada
keberadaan dan kepatuhan pada standar pelayanan maupun prosedur kerja. Adanya
standar pelayanan maupun prosedur kerja yang dijadikan pedoman kerja dapat
menjamin seorang karyawan bekerja secara sistematis, terkontrol dan bebas dari
rasa ‘was-was’ akan komplain. Sementara itu, pihak yang dilayani mengetahui dan
memperoleh ‘paket’ pe-layanan secara utuh.
Mengingat fungsi ideal dari pelaksanaan tugas karyawan dalam unit kerja
adalah fungsi pelayanan, maka unsur penting dalam penilaian kinerja karyawan
adalah kepuasan pelanggan/fihak yang dilayani. Mengukur kepuasan pelanggan,
merupakan persoalan yang cukup pelik. Sehingga tidak jarang, unsur ini sering
kali diabaikan dan jarang dilakukan. Disebut pelik, karena pengukuran kepuasan
pelanggan harus memperhatikan validitas pengukuran, sehingga harus
memperhatikan metode dan instrumen yang tepat. Dalam pelaksanaan pekerjaan yang
bersifat profit-oriented, kepuasan
pelanggan seringkali dihubungkan dengan tingkat keuntungan ‘finansial’ yang
diperoleh.
Dalam pelaksanaan pekerjaan yang social-oriented,
kepuasan pelanggan banyak dihubungkan dengan tingkat kunjungan ulang pelanggan.
Meskipun kenyataanya tidak selalu demikian, karena pelayanan yang sifatnya
monopolistik dapat meningkatkan ‘keter-paksaan’ pelanggan untuk datang dan
minta dilayani. Mereka tidak memiliki pilihan.
1. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja menunjuk pada hal-hal yang berada di sekeliling dan
melingkupi kerja karyawan di kantor. Kondisi lingkungan kerja lebih banyak
tergantung dan diciptakan oleh pimpinan, sehingga suasana kerja yang tercipta
tergantung pada pola yang diciptakan pimpinan. Lingkungan kerja dalam
perusahaan, dapat berupa struktur tugas, desain pekerjaan, pola kepemimpinan, pola
kerjasama, ketersediaan sarana kerja dan imbalan (reward system)
2. Struktur tugas
Struktur tugas menunjuk pada bagaimana pembagian tugas dan wewenang itu
dilaksanakan. Sehingga ada kejelasan tentang ’siapa bertanggung jawab
apa’ serta keberadaan mekanisme pelaksanaan tugas dalam hal ”siapa bertanggung
jawab kepada siapa. Struktur tugas harus jelas, dan mekanisme harus dijalan-kan.
Jika tidak, bukan tidak mungkin seorang karyawan tidak dapat bekerja, jika
mereka tidak tahu harus mengerjakan apa. Atau banyak orang yang mengendalikan
atau memberi perintah langsung pada seorang karyawan, sehingga karyawan tidak
tahu tugas mana yang harus diselesaikan. Akibatnya ia tidak dapat mengerjakan
satupun. Untuk itu, sudah menjadi kewajiban manajemen untuk menjamin, bahwa
struktur tugas bagi setiap karyawan harus jelas, beserta mekanisme dan herarki
pelak-sanaan tugas dipatuhi. Dalam pekerjaan karyawan yang ber-bentuk kelompok,
maka susunan dan uraian tugas harus jelas, berikut penjadwalan waktunya.
3. Desain pekerjaan
Desain pekerjaan menggambarkan kompleksitas dan tingkat kesulitan suatu
tugas yang dikerjakan seorang karyawan. Jika seorang karyawan merasa bahwa
tugas itu terlampau sulit dan harus melibatkan banyak fihak, maka dipastikan
bahwa seorang karyawan akan dapat menyelesaikannya. Sehingga manajemen harus
dapat menjamin bahwa tugas yang diberikan, dapat diselesaikan. Untuk
mengupayakannya biasanya sebuah tugas disertai petunjuk teknis atau manual
pelaksanaan, disamping disediakan kesempatan untuk karyawan berkonsultasi serta
dilakukan pemantauan atau pengendalian. Hal-hal tersebut memungkinkan karyawan
dapat menyelesaikan tugasnya.
4. Pola Kepemimpinan
Pola Kepemimpinan mencerminkan model yang diterapkan dalam mengelola
karyawan. Ada sekelompok pemimpin menerap-kan praktek kepemimpinan yang
berorientasi pada penyelesaian tugas (task
oriented). Pada golongan pemimpin ini, aspek-aspek individual karyawan
kurang mendapat perhatian. Pola ini menekankan, apapun yang dilakukan karyawan
dan bagaimana-pun kondisi yang terjadi pada karyawan tidak menjadi masalah.
Asalkan tugas-tugas dapat diselesaikan. Pola-pola kepemimpiman demikian dapat
berpengaruh pada penciptaan lingkungan kerja yang kurang baik bagi karyawan.
Akibatnya ada perasaan tertekan pada karyawan. Lingkungan kerja yang tercipta
penuh ketakutan mengarah ke frustasi. Jika ini berlangsung lama, maka yang
terjadi adalah tingkat absensi karyawan tinggi, permintaan pindah antar unit
kerja, bahkan puncaknya adalah permintaan ke luar dari perusahaan dan pindah ke
perusahaan yang lain.
Pada sekelompok pemimpin lainnya menerapkan pola kepemimpinan yang
berorientasi pada manusia (human
oriented). Pemimpin memusatkan perhatiannya pada kegiatan dan masalah
kemanusiaan yang dihadapi, baik bagi dirinya maupun bagi karyawan. Kepemimpinan
pada golongan ini lebih populis dibanding pola yang terdahulu, karena dipandang
memperhatikan masalah-masalah riil yang dihadapi karyawan. Dari masalah anak
sakit sampai dengan kondisi keluarga. Dari masalah stamina sampai dengan nonton
bola. Akibatnya, ling-kungan kerja dapat mengarah pada budaya gosip, tetapi
mengesampingkan penyelesaian tugas dan standar kinerja. Pada pola yang ekstrim,
kedua orientasi di atas tidak ada yang efektif mengelola karyawan. Dengan
kemampuan meramu dan meng-gabungkan keduanya, dalam banyak hal terbukti lebih
efektif dalam menciptakan lingkungan kerja yang kondusif bagi peningkatan
kinerja karyawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar