Metode ini merupakan metode yang sangat mudah tetapi
sekaligus juga merupakan metode yang paling sulit. Mudah karena sangat
sederhana, elementer, lazim, tanpa teori, dan bisa
dilakukan oleh setiap orang baik pendidik alam seperti orang tua, maupun guru
dan para professional. Metode ini juga merupakan metode yang cukup sulit,
karena dituntut mempraktekan semua nilai-nilai, prinsip dan keyakinan yang
diharapkan dimiliki oleh anak dalam berbagai situasi
sepanjang hidupnya. Menceriterakan tentang masalah nilai, menganjurkan orang
berbuat baik dan melarang berbuat jahat adalah mudah, tetapi mempraktekan
nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya sehari-hari jauh lebih sulit.
Rasulullah Saw
adalah pendidik besar, dalam tempo singkat beliau berhasil mengubah akhlak
umatnya karena beliau menerapkan metode keteladanan (uswah).
Rasulullah adalah “uswatun hasanah”, contoh teladan yang baik. Beliau mendidik
umatnyalebih banyak dengan memberikan contoh, teladan di dalam seluruh
perikehidupan. Seorang pendidik akan mampu
menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan-nya,
apabila dia mencintai pekerjaan, mencintai anak didiknya, mencintai pendidikan.
kalau seseorang mencintai sesuatu atu seseorang, dia akan berbuat yang terbaik
bagi sesuatu atau seseorang tersebut. Rasulullah Saw
sangat mencintai agama Islam, umat Islam, oleh karena itu beliau berbuat yang
terbaik bagi agama dan umatnya.
Berdasarkan hadits-hadits yang ada, dalam kontek pembelajaran, Nabi Muhammad Saw
sangat kaya dengan strategi dalam menyampaikan pesan-pesan pendidikannya,
sehingga tujuan pendidikan yang dikehendaki dapat tercapai dengan baik. Beberapa
strategi pembelajaran yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw antara lain:
1. Mendidik
dengan Contoh Teladan
Nabi Muhammad Saw merepresentasikan dan
mengekspresikan apa yang ingin diajarkan melalui tindakannya, dan kemudian
menerjemahkan tindakannya ke dalam kata-kata. Bagaimana memuja Allah Swt, bagaimana bersikap
sederhana, bagaimana duduk dalam shalat dan do’a, bagaimana sujud dengan penuh
perasaan, bagaimana tunduk, bagaimana menangis kepada Allah Swt di tengah malam, bagaimana
makan, bagaimana tertawa, bagaimana berjalan, semuanya itu dilakukan oleh
Rasulullah Saw.
Seluruh perilaku Rasulullah Saw
tersebut kemudian menjadi acuan bagi para sahabat sekaligus merupakan
materi pendidikan yang tidak langsung.
Mendidik dengan contoh (keteladanan)
adalah salah satu strategi pembelajaran yang dianggap besar pengaruhnya, hal
ini sudah dibuktikan oleh Nabi Muhammad Saw.
Sebagai hasilnya, apapun yang diajarkan dapat diterima dengan segera dari dalam
keluarga dan oleh masyarakat pengikutnya, karena ucapannya menembus ke hati
mereka. Segala yang dicontohkan oleh Rasulullah dalam kehidupannya
merupakan cerminan kandungan Al-Qur’an
secara utuh, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al-Ahzab: 21.
Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah”.
Beberapa
prilaku Nabi Muhammad Saw
yang menjadi “uswah hasanah” antara lain:
a. Kesederhanaan
Nabi Muhammad Saw
Nabi Muhammad Saw tidak pernah menganggap
dirinya lebih besar dan lebih hebat dibandingkan dengan orang lain, beliau tidak gila hormat, hidup dan
berpakaian seperti orang paling miskin, duduk dan makan bersama-sama dengan
masyarakat, tidurnya beralaskan tikar yang terbuat dari pelepah daun kurma,
sehingga ketika bangun dari tidurnya masih nampak goresan-goresan tikar di
pipinya.
Kerendahan hati adalah salah satu sifat
teragung Nabi Muhammad Saw.
Dia mencapai derajat tertinggi setiap harinya, terus bertambah rendah hati dan
tunduk kepada Allah Swt.
Satu ketika Nabi Muhammad menggambarkan tentang bagaimana seharusnya seorang
beriman hidup di dunia, dalam kata-katanya yang penuh makna, seperti Hadits
riwayat Ahmad, Muslim dan Turmuzi dari Abu Hurairah berikut: “Dunia itu penjara bagi orang yang beriman dan syurga
bagi orang kafir”
Nabi
Muhammad Saw tidak
pernah tergoda untuk hidup bersenang-senang di dunia ini, ia telah mewakafkan
seluruh kehidupannya untuk mengajak orang lain kembali kepada jalan yang benar,
keyakinan bahwa dunia bersifat sementara untuk menuju kehidupan yang abadi di
akhirat ia wujudkan dalam gaya hidup kesehariannya, sehingga Rasulullah Saw benar-benar telah memberikan
ketauladanan dalam kesederhanaan hidup.
b. Kedermawanan
Nabi Muhammad Saw
Rasulullah Saw selama hayatnya dikenal
sebagai manusia yang sangat dermawan, suka memberikan apa saja yang
dimilikinya, ikut dalam berdagang sampai menjadi Nabi dan mendapatkan banyak
harta kekayaan, setelah itu dia dan isterinya membelanjakan hartanya di jalan
Allah Swt, sehingga ketika Hadijah
istrinya meninggal dunia, tidak ada uang untuk membeli kain kafan. Rasulullah
harus meminjam uang untuk biaya pemakaman istrinya.
Rasulullah Saw diutus untuk membimbing
manusia menuju kebenaran, karenanya menghabiskan hidup dan hartanya untuk
tujuan tersebut. Jika mau, Rasulullah Saw
dapat menjadi orang terkaya di Mekkah, tetapi tidak pernah berpikir untuk diri
sendiri, yang selalu dipikirkan
adalah umatnya. Rampasan perang yang diperolehnya tidak pernah dikuasai untuk
kepentingannya, bahkan yang menjadi haknyapun diberikan kepada orang lain.
Rasulullah Saw selalu memberi kepada
setiap orang yang meminta kepadanya, tidak pernah mengatakan tidak kepada siapa
saja yang membutuhkan pemberiannya, bahkan ketika ada yang meminta sesuatu dan
Rasulullah dalam keadaan tidak memiliki apa-apa, memberikan janji untuk memberi
permintaan tersebut jika dirinya sudah memiliki.
Rasulullah juga selalu memberikan
keyakinan kepada para sahabat, bahwa sifat dermawan tidak akan menyebabkan diri
menjadi miskin, karena sesungguhhnya kekayaan yang paling berharga adalah
kekayaan yang dinafkahkan di jalan Allah,
seperti Nabi pernah bersabda kepada Bilal, karena Bilal menyimpan persediaan
makanan, dengan dasar takut tidak ada makanan dikemudian hari.
“Bersedekahlah hai Bilal,
jangan engkau takut dari (Allah) yang mempunyai Arsy menjadi berkekurangan
(miskin)”
Dalam
hal kedermawanan, Rasulullah benar-benar telah memberikan suri tauladan yang
dapat dipedomani, sehingga ketika beliau menganjurkan orang lain agar mau
bersodaqah dan memiliki sifat pemberi, sesungguhnya beliau telah
mencontohkan dalam kehidupannya sehari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar