Sabtu, 14 Januari 2012

Metode Uswah (2)


c.    Tertawa Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad Saw tidak saja menjadi contoh dalam persoalan-persoalan yang besar, tetapi dalam hal-hal yang dianggap tidak begitu penting oleh sebagian besar manusia. Rasulullah tetap saja merupakan sosok yang patut diteladani. Dalam berbagai riwayat diceritakan bahwa Rasulullah  adalah sosok manusia yang tidak pernah tertawa terbahak-bahak seperti layaknya kebanyakan orang, apabila menemui sesuatu yang lucu atau dalam keadaan gembira suka tertawa terbahak-bahak dalam waktu yang cukup lama, sampai-sampai sakit perutnya karena tertawa tersebut.
Rasulullah tidak pernah tertawa kecuali terseyum, senyum Rasulullah sangat mempesona, penuh dengan makna dan menjadikan dirinya semakin berkharisma, jika ia terlanjur tertawa maka Rasulullah segera menutupkan tangan ke mulutnya.Diriwayatkan oleh Ahmad dari  Jabir ibn Samurah ra. ia berkata: “Adalah Rasulullah SAW. Itu lama diamnya, sedikit tertawanya”
d.   Senda Gurau Rasulullah
Sebagai manusia biasa yang bergaul dengan masyarakat luas, Rasulullah tidak bisa melepaskan diri untuk tidak menyesuaikan suasana kehidupan bermasyarakat. Nabi Muhammad Saw bukanlah seorang pemimpin yang kaku dan serba formal dalam bergaul, justru sebaliknya ia dapat hidup dengan sangat luwes dengan berbagai kalangan. Salah satu warna kehidupan bermasyarakat adalah suasana rileks dengan bersenda gurau, dalam hal demikian Nabi Muhammad ternyata pandai bersenda gurau, bahkan gurauan Nabi Muhammad adalah gurauan yang penuh dengan makna pendidikan.
Diriwayatkan oleh Al-Turmuzi dari Hasan al-Bisri, ia berkata:” pada suatu hari ada seorang perempuan tua datang menghadap kepada Nabi lalu berkata;” Ya Rasulallah, mohonkanlah kepada Allah, supaya Dia memasukan aku ke dalam sorga.”, mendengar permohonan itu, beliau bersabda    ”hai ummu Fulan, sesungguhnya surga itu tidak akan dimasuki oleh seorang perempuan tua”. Perempuan itu lalu berpaling dan menangis, oleh karenannya Nabi mengerti bahwa perempuan tadi salah mengerti terhadap perkataan beliau, maka beliau memerintahkan kepada para sahabat (yang kebetulan ada waktu itu):    “Beritahukanlah olehmu pada perempuan itu, sesungguhnya ia tidak akan masuk surga, karena ia seorang perempuan tua, karena Allah berfirman: bahwa sanya Kami menjadikan mereka (para perempuan) itu  dengan kejadian yang baru ; maka Kami menjadikan mereka itu gadis-gadis remaja putri, berkasih-kasihan dengan suami serta bersamaan usia”
Rasulullah adalah seorang yang bersifat ramah, sewaktu-waktu ia bersenda gurau dengan orang disekelilingnya, akan tetapi senda gurau Rasulullah adalah, tidak hanya sekedar melucu yang menyebabkan pendengarnya tertawa terbahak bahak, melainkan dalam senda gurau itu terdapat pesan-pesan kebenaran sebagai mana sabdanya “ bahwasanya aku, sekalipun suka bersenda gurau dengan kamu, tetapi aku tidak akan berkata melainkan yang benar” (HR. Turmuzi dari Abi Hurairah ra.)
Biasanya para raja dan para pemimpin besar yang sangat dihormati dan disegani orang banyak, tidaklah meraka suka tertawa dan bergura dengan rakyat atau orang yang di bawah pimpinannya, karena untuk menjaga kehormatan dan kehebatannya, tetapi Rasulullah sebagai pemimpin umat yang hakiki, tidaklah demikian, beliau tidak khawatir  akan hilangnya kehormatan dan kehebatan dirinya lantaran tertawa dan senda gurau itu. Bahkan senda gurau yang bersih, yang benar, yang pantas dan yang sopan itu menambahkan keeratan perhubungan beliau dengan para sahabatnya.
e.  Pergaulan Nabi Rasulullah
Rasulullah adalah manusia ideal  yang patut dijadikan teladan dalam segala hal. Sebagai seorang pemimpin ia tidak pernah menyombongkan diri walaupun kepada orang yang lebih rendah darinya. Dalam pergaulan, Rasulullah tidak pernah membedakan orang lain dari kedudukannya, ia memberikan penghormatan kepada semua orang, ia menghargai pendapat semua orang, ia bebicara lemah lembut kepada semua orang, baginya kemuliaan orang itu hanya akan dibedakan dihadapan Allah.  
Dalam pergaulan dengan orang lain Rasulullah tidak pernah mengucapkan perkataan-perkataan yang kurang sedap didengar dan mungkin menyinggung perasaan orang lain. Seperti diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Anas ibn Malik ra., ia berkata:
“Aku melayani Rasulullah dalam waktu sepuluh tahun, demi Allah sekali kali beliau belum pernah berkata kepadaku: ”uff” dan tidak pula beliau pernah berkata kepadaku yang ku kerjakan; “mengapa kamu mengerjakan demikian dan mengapa kamu tidak mengerjakan demikian?”
 Hadits di atas sebagai bukti bahwa Rasulullah tidak pernah menyakiti orang lain dengan perkataannya, sekalipun kepada orang yang lebih rendah daripadanya, Anas ibn Malik merasa sangat tersanjung, karena  Rasulullah tidak pernah mencela pekerjaannya.
2.  Mendidik dengan Targhib dan Tarhib
Kata targhib berasal dari kata kerja ragghaba yang berarti; menyenangi, menyukai dan mencintai, kemudian kata itu diubah menjadi kata benda targhib yang mengandung makna suatu harapan untuk memperoleh kesenangan, kecintaan dan kebahagiaan. Semua itu dimunculkan dalam bentuk janji-janji berupa keindahan dan kebahagiaan yang dapat merangsang/mendorong seseorang sehingga timbul harapan dan semangat untuk memperolehnya. Secara psikologi, cara itu akan menimbulkan daya tarik yang kuat untuk menggapainya. Sedangkan istilah tarhib berasal dari kata rahhaba yang berarti; menakut nakuti atau mengancam. Lalu kata itu diubah menjadi kata benda tarhib yang berarti ancaman hukuman.
Untuk kedua istilah itu, Al-Nahlawi mendefinisikan bahwa yang dimaksud dengan targhib adalah janji yang disertai dengan bujukan  yang membuat senang terhadap suatu yang maslahat, terhadap kenikmatan atau kesenangan  akhirat yang baik dan pasti serta suka kepada  kebersihan, yang kemudian diteruskan dengan melakukan amal saleh dan menjauhi kenikmatan selintas yang mengandung bahaya dan perbuatan buruk. Sementara tarhib ialah suatu ancaman atau siksaan sebagai akibat melakukan dosa atau kesalahan yang dilarang Allah atau akibat lengah dalam menjalankan kewajiban yang diperintahkan Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KONTRIBUSI PEMIKIRAN HUKUM NAHDLATUL ULAMA

Lembaga Bahtsul Masail ialah sebuah Lembaga yang berfungsi sebagai forum diskusi antara para ulama serta kaum intelektual guna membahas pe...