Sabtu, 14 Januari 2012

Metode Uswah (4)


3.   Mendidik dengan Perumpamaan  (Amtsal)
Perumpamaan dilakukan oleh Rasulullah sebagai salah satu strategi pembelajaran untuk memberikan pemahaman kepada obyek sasaran materi pendidikan semudah mungkin, sehingga kandungan maksud dari suatu materi pelajaran dapat dicerna dengan baik, strategi ini dilakukan dengan cara menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain, mendekatkan sesuatu yang abstrak dengan yang lebih konkrit.
Perumpamaan yang digunakan oleh Rasulullah sebagai salah satu strategi pembelajaran selalu syarat dengan makna sehinga benar-benar dapat membawa sesuatu yang abstrak kepada yang konkrit atau menjadikan sesuatu yang masih samar dalam makna  menjadi sesuatu yang sangat jelas.
Beberapa contoh pendidikan Rasulullah yang menggunakan perumpamaan sebagai salah satu strateginya, antara lain sebagai berikut: 
a.  Perumpamaan orang bakhil dan dermawan
Hadits riwayat Bukhari Muslim dari Abu Hurairah ra.
“Rasulullah telah memberikan contoh perumpamaan orang yang bakhil dan orang dermawan, bagaikan dua orang yang memakai jubah (baju) besi yang berat bagian tangan ke teteknya dan tulang bahunya, maka yang dermawan tiap ia bersedekah makin melebar bajunya itu sehingga dapat menutupi hingga ujung jari kakinya dan menutupi bekas-bekas kakinya, sedang si bakhil jika ingin sedekah mengkerut dan tiap pergelangan makin seret dan tidak berubah dari tempatnya. Abu Hurairah berkata; Saya telah melihat Nabi ketika mencontohkan dengan tangannya keadaan bajunya dan andaikan ia ingin meluaskannya tidak dapat”

b.  Perumpamaan orang yang suka memberi dan suka meminta
Hadits riwayat Bukhari Muslim dari Abdullah ibn Umar ra.
“Ketika Nabi berkhutbah di atas mimbar dan menyebut sedekah dan minta-minta, maka bersabda; Tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah, tangan yang di atas itu yang memberi dan yang di bawah yang meminta”

c.  Perumpamaan Kawan baik dan jelek
Hadits riwayat Bukhari Muslim dari Abu Musa ra.
 “Perumpamaan duduk dengan orang baik-baik dibandingkan dengan duduk beserta orang-orang, bagaikan pemilik kasturi dengan dapur tukang besi; Engkau tidak akan lepas dari pemilik kasturi , adakalanya engkau membeli kasturi itu atau sekurang-kurangnya mencium baunya. Sedangkan dapur tukang besi membakar tubuhmu atau sekurang-kurangnya engkau mencium bau busuk”

Ketika Rasulullah memperagakan dengan baju yang dikenakannya untuk mengumpamakan antara orang  dermawan dengan orang yang bakhil akan sangat mudah dipahami oleh orang yang mendengar dan melihat, karena perumpamaannya sangat konkrit (sudah dikenal), pesan ini tentu saja diarahkan agar manusia menjadi orang dermawan, karena dengan sifat dermawan itulah Allah akan memberikan balasan, sebaliknya sifat bakhil hanya akan mempercepat kemiskinan.
Dalam memberikan pendidikan untuk mengarahkan agar manusia senantiasa berteman dengan orang-orang yang shalih, Rasulullah mengumpamakan bahwa bergaul dengan orang shalih bagaikan orang yang membawa minyak kasturi, artinya selalu wangi (orang yang bergaul dengan orang yang shalih akan terbawa nama baiknya) dan akan timbul sifat saling memberi dan menolong. Sedangkan orang yang jahat diumpamakan dengan pandai besi (jika tidak mempengaruhi kejahatannya paling tidak akan terbawa dengan identitas jeleknya).
Tidak dapat dipungkiri bahwa tidak semua orang dapat melakukan analisa seperti yang dilakukan oleh Najib Khalid di atas, karena kemampuan orang dalam menangkap pesan-pesan sangat tergantung kepada kecerdasannya, akan tetapi tanpa melakukan analisa seperti yang dilakukan Najib Khalid sekalipun perumpamaan yang diberikan oleh Rasulullah sangat bisa dipahami oleh umat manusia walaupun hanya garis besarnya saja.  
Perumpamaan-perumpamaan yang diberikan oleh Rasulullah jika dimaknai dengan kesungguhan akan banyak ditemukan kandung hikmah  yang sangat dalam, sehingga kalimat-kalimat singkat dan sederhana yang disampaikan oleh Rasulullah tersebut mengandung banyak makna tetapi dapat dicerna dengan baik oleh siapapun yang mendengarkannya.
4.   Mendidik dengan Nasihat
Rasulullah sering sekali kedatangan masyarakat dari berbagai kalangan, mereka datang kepada beliau  khusus untuk meminta nasihat tentang berbagai hal,  siapa saja yang datang untuk meminta nasihat kepadanya beliau selalu memberikan nasihat sesuai dengan permintaan, selanjutnya nasihat tersebut dijadikan pegangan dan landasan dalam kehidupan mereka.
Dari banyak peristiwa tentang pemberian nasihat kepada yang meminta nasihat (seperti tersebar dalam beberapa buku Hadits). Beberapa contoh pembelajaran Nabi melalui nasihat antara lain sebagai berikut:
a.   Nasihat tentang menjaga amanat
Hadits riwayat  Bukhari, Abu Dawud, Al-Tirmizi dari Abu Hurairah “Tunaikan amanat itu untuk orang yang memberi kepercayaan kepadamu dan jangan engkau khianat terhadap orang yang telah berkhianat kepadamu “
Amanat adalah hak yang wajib dipelihara dan disampaikan kepada yang berhak menerimanya, memelihara amanat buah dari iman, jika iman berkurang, berkurang juga amanat, menunaikan amanat hukumnya wajib. Sebaliknya khianat hukumnya haram sekalipun terhadap yang mengkhianati kita, hal ini menunjukan bahwa kita terlarang bekerjasama dengan cara saling mengkhianat.
Betapa Rasulullah memperhatikan persoalan amanah ini, hingga dalam kesempatan lain beliau bersabda yang menegaskan bahwa orang yang tidak melaksanakan amanah dengan benar termasuk salah satu ciri orang munafik.
b.   Nasihat tentang memelihara ucapan
Hadits riwayat Ibnu Asakir dari Sha’sha’ah ibn Najiyah ra. “Kendalikanlah lidahmu“. Nasihat ini diberikan kepada Haris, ketika Haris bertanya perihal yang dapat memeliharanya, lalu Nabi menjawab seperti bunyi Hadits di atas.
Lidah atau ucapan jika tidak dikendalikan dengan baik bisa menjadi masalah dalam kehidupan seseorang, sehingga hal ini termasuk yang sangat diperhatikan oleh Rasulullah dalam Hadits yang lain berpesan, jika kita tidak dapat berkata-kata yang bermanfaat lebih baik diam. Artinya, hendaklah setiap perkataan yang keluar dari mulut seseorang dapat bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain, sehingga dengan perkataannya itu ia terpelihara, sebaliknya orang akan celaka jika tidak mampu menguasai lidahnya, sepeti kata seorang bijak “lidahmu adalah harimaumu yang sewaktu-waktu siap menerkam dirimu sendiri”
c.   Nasihat tentang kesadaran akan dosa
Hadits riwayat al-Turmuzi dari Uqbah ibn Amir “Kuasailah lidahmu, lapangkanlah rumahmu, dan menangislah atas kesalahanmu”. Nasihat ini diberikan oleh Rasulullah kepada Uqbah ibn Amir ketika ia bertanya tentang arti keselamatan, lalu menjawab seperti Hadits di atas. Menguasai lidah berarti mengendalikannya sehingga tidak membawa kepada kecelakaan, menjauhi fitnah dan menangis penuh penyesalan karena dosa yang dilakukan, karena Allah menyukai orang-orang yang bertaubat.
Banyak di antara manusia yang bisa berubah perilakunya dari yang kurang baik kepada prilaku yang lebih baik hanya karena ia mendengarkan nasihat, apalagi nasihat tersebut ia minta niscaya akan benar-benar dipedomani. Jika diamanati nasihat-nasihat Rasulullah di atas sangat pendek dan ringkas namun menunjukan kelugasan, sehingga penerima nasihat tidak perlu menafsirkan ucapan-ucapan Rasulullah tersebut. Kalimatnya pendek namun jelas tertuju kepada suatu masalah, seperti masalah pentingnya menjaga amanat, masalah bagaimana berbicara yang baik, masalah budi pekerti, masalah penyadaran akan dosa-dosa, semua disampaikan oleh Rasulullah dengan tidak bertele-tele.
5.      Mendidik dengan cara memukul
Dalam hal tertentu, khususnya untuk membiasakan mengerjakan shalat bagi setiap muslim sejak dini, Rasulullah menganjurkan kepada setiap orang tua untuk menyuruh (dengan kata-kata) kepada setiap anaknya, ketika mereka berusia tujuh tahun  agar mau melaksanakan ibadah shalat, selanjutnya Rasulullah menganjurkan jika anak pada usia sepuluh tahun belum mau melaksanakan shalat maka pukullah ia.
Perintah memukul ini mengandung makna yang sangat dalam, mengingat Rasulullah sendiri dalam kontek pendidikan, tidak pernah memukul (dengan tangan) selama hidupnya. Perintah ini hanyalah menunjukan ketegasan Rasulullah untuk menanamkan kebiasaan positif  yang harus dimulai sejak anak-anak. Hadits riwayat Ahmad dan Abu Daud dari Amir ibn Syuaib dari ayahnya dari kakeknya berkata;
 “Perintahkanlah anak-anakmu mengerjakan shalat di kala mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka karena mereka tidak mengerjakannya di kala mereka berumur 10 tahun dan pisahkanlah tempat tidurnya”

Memukul dalam hal ini tidak dilandasi oleh emosional dan kemarahan, tetapi sebaliknya memukul dalam konteks Hadits di atas harus dilandasi dengan kasih sayang, keikhlasan dan dengan tujuan semata-mata karena Allah. Dalam peristiwa yang lain (bukan dalam hal shalat) Rasulullah bersabda; bahwa sebaiknya  pukulan itu dilakukan tidak berkali-kali, bahkan cukup satu kali saja. Hadits riwayat Bukhari dari Anas ibn Malik ra. “ … Sesungguhnya kesabaran itu ketika pukulan pertama”
Rasulullah sangat berhati-hati dalam setiap perkataannya, sehingga setiap orang yang mendengarkan sabdanya tidak salah dalam menafsirkan, dalam persoalan “memukul” Rasulullah membedakan antara pukulan dengan maksud pendidikan shalat (seperti Hadits di atas) dengan pukulan pada hukuman yang memang seharusnya dilakukan, seperti bunyi Hadits berikut ini. Hadits riwayat Bukhari Muslim dari Abu Burdah ra., bahwa Nabi bersabda “Tidak boleh dipukul dari sepuluh kali kecuali dalam had yang telah ditentukan hukum had oleh Allah.”
Rasulullah tidak bermaksud “memukul” untuk menyakiti, karenanya beliau tidak memperkenankan memukul di bagian-bagian vital seperti muka, kepala dan dada. Sikap Rasulullah ini terbukti ketika dalam sebuah peristiwa perang terjadi perkelahian yang saling memukul muka (pipi), Rasulullah sangat khawatir dengan pemandangan itu kemudian  bersabda: “Apakah kau biarkan tangannya dimulutmu dan kau pecahkan dia seperti memecahkan kepala binatang” (H.R. al-Thahawi dan ‘Atha dari Shafwan ibn Ya’la ibn Umayah).
Dari uraian di atas, dapatlah disimpulkan bahwa perintah “memukul” hanya dalam masalah shalat, hal ini menggambarkan bahwa shalat adalah salah satu ibadah yang paling pokok dan tidak boleh diabaikan seperti juga sabda beliau bahwa “Shalat itu merupakan tiang agama, barang siapa yang telah medirikan shalat maka ia telah mendirikan agama dan barang siapa yang meninggalkan shalat maka ia telah menghancurkan agama”, di sisi lain hal ini juga menggambarkan ketegasan Rasulullah dalam menerapkan kebiasaan beribadah sejak dini.
Dari beberapa ucapan Rasulullah berkenaan dengan “memukul”, dapat juga dimaknai bahwa sesungguhnya Rasulullah tidak menghendaki pemukulan itu terjadi pada diri anak, ucapan ini hanyalah merupakan ancaman, karena dalam konteks pendidikan ada tipe anak yang memerlukan ancaman  agar dapat melaksanakan perintah tentang kebenaran. Rasulullah adalah sosok manusia yang tegas dalam kata-kata dan lembut dalam perbuatan, walaupun ia menyuruh memukul, di sisi lain tidak ditemukan bukti-bukti bahwa Rasulullah pernah melakukan pemukulan terhadap peserta didiknya. Bukti-bukti yang ada justru menerangkan betapa Rasulullah memiliki perilaku yang lemah lembut dan dengan cara-cara yang baik dalam menyampaikan ajaran-ajaran Islam. Jangankan pemukulan yang melukai, menyinggung perasaan dengan kata-kata saja beliau tidak pernah melakukannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KONTRIBUSI PEMIKIRAN HUKUM NAHDLATUL ULAMA

Lembaga Bahtsul Masail ialah sebuah Lembaga yang berfungsi sebagai forum diskusi antara para ulama serta kaum intelektual guna membahas pe...