3. Mendidik dengan
Perumpamaan (Amtsal)
Perumpamaan dilakukan oleh Rasulullah
sebagai salah satu strategi pembelajaran untuk memberikan pemahaman kepada
obyek sasaran materi pendidikan semudah mungkin, sehingga kandungan maksud dari
suatu materi pelajaran dapat dicerna dengan baik, strategi ini dilakukan dengan
cara menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain, mendekatkan sesuatu yang
abstrak dengan yang lebih konkrit.
Perumpamaan yang digunakan oleh
Rasulullah sebagai salah satu strategi pembelajaran selalu syarat dengan makna
sehinga benar-benar dapat membawa sesuatu yang abstrak kepada yang konkrit atau
menjadikan sesuatu yang masih samar dalam makna menjadi sesuatu yang
sangat jelas.
Beberapa contoh pendidikan Rasulullah
yang menggunakan perumpamaan sebagai salah satu strateginya, antara lain
sebagai berikut:
a.
Perumpamaan orang bakhil dan dermawan
Hadits riwayat Bukhari
Muslim dari Abu Hurairah ra.
“Rasulullah telah
memberikan contoh perumpamaan orang yang bakhil dan orang dermawan, bagaikan
dua orang yang memakai jubah (baju) besi yang berat bagian tangan ke teteknya
dan tulang bahunya, maka yang dermawan tiap ia bersedekah makin melebar bajunya
itu sehingga dapat menutupi hingga ujung jari kakinya dan menutupi bekas-bekas
kakinya, sedang si bakhil jika ingin sedekah mengkerut dan tiap pergelangan
makin seret dan tidak berubah dari tempatnya. Abu Hurairah berkata; Saya telah
melihat Nabi ketika mencontohkan dengan tangannya keadaan
bajunya dan andaikan ia ingin meluaskannya tidak dapat”
b. Perumpamaan orang yang suka memberi dan suka
meminta
Hadits riwayat
Bukhari Muslim dari Abdullah ibn Umar ra.
“Ketika Nabi
berkhutbah di atas mimbar dan menyebut sedekah dan minta-minta, maka bersabda;
Tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah, tangan yang di atas
itu yang memberi dan yang di bawah yang meminta”
c. Perumpamaan
Kawan baik dan jelek
Hadits riwayat
Bukhari Muslim dari Abu Musa ra.
“Perumpamaan duduk dengan orang baik-baik dibandingkan dengan duduk
beserta orang-orang, bagaikan pemilik kasturi dengan dapur tukang besi; Engkau
tidak akan lepas dari pemilik kasturi , adakalanya engkau membeli kasturi itu
atau sekurang-kurangnya mencium baunya. Sedangkan dapur
tukang besi membakar tubuhmu atau sekurang-kurangnya engkau mencium bau busuk”
Ketika Rasulullah memperagakan dengan
baju yang dikenakannya untuk mengumpamakan antara orang dermawan dengan
orang yang bakhil akan sangat mudah dipahami oleh orang yang mendengar dan
melihat, karena perumpamaannya sangat konkrit (sudah dikenal), pesan ini tentu
saja diarahkan agar manusia menjadi orang dermawan, karena dengan sifat
dermawan itulah Allah akan memberikan balasan, sebaliknya sifat bakhil hanya
akan mempercepat kemiskinan.
Dalam memberikan pendidikan untuk
mengarahkan agar manusia senantiasa berteman dengan orang-orang yang shalih,
Rasulullah mengumpamakan bahwa bergaul dengan orang shalih bagaikan orang yang
membawa minyak kasturi, artinya selalu wangi (orang yang bergaul dengan orang
yang shalih akan terbawa nama baiknya) dan akan timbul sifat saling memberi dan
menolong. Sedangkan orang yang jahat diumpamakan dengan pandai besi (jika tidak
mempengaruhi kejahatannya paling tidak akan terbawa dengan identitas jeleknya).
Tidak dapat dipungkiri bahwa tidak semua
orang dapat melakukan analisa seperti yang dilakukan oleh Najib Khalid di atas,
karena kemampuan orang dalam menangkap pesan-pesan sangat tergantung kepada
kecerdasannya, akan tetapi tanpa melakukan analisa seperti yang dilakukan Najib
Khalid sekalipun perumpamaan yang diberikan oleh Rasulullah sangat bisa
dipahami oleh umat manusia walaupun hanya garis besarnya saja.
Perumpamaan-perumpamaan yang diberikan
oleh Rasulullah jika dimaknai dengan kesungguhan akan banyak ditemukan kandung
hikmah yang sangat dalam, sehingga kalimat-kalimat singkat dan sederhana
yang disampaikan oleh Rasulullah tersebut mengandung banyak makna tetapi dapat
dicerna dengan baik oleh siapapun yang mendengarkannya.
4.
Mendidik dengan Nasihat
Rasulullah sering
sekali kedatangan masyarakat dari berbagai kalangan, mereka datang kepada beliau khusus untuk meminta
nasihat tentang berbagai hal, siapa saja yang datang untuk meminta
nasihat kepadanya beliau
selalu memberikan nasihat sesuai dengan permintaan, selanjutnya nasihat
tersebut dijadikan pegangan dan landasan dalam kehidupan mereka.
Dari banyak peristiwa tentang pemberian
nasihat kepada yang meminta nasihat (seperti tersebar dalam beberapa buku Hadits). Beberapa contoh pembelajaran
Nabi melalui nasihat antara lain sebagai berikut:
a.
Nasihat tentang menjaga amanat
Hadits riwayat Bukhari, Abu Dawud,
Al-Tirmizi dari Abu Hurairah “Tunaikan amanat itu untuk orang yang memberi
kepercayaan kepadamu dan jangan engkau khianat terhadap orang yang telah
berkhianat kepadamu “
Amanat adalah hak yang wajib dipelihara
dan disampaikan kepada yang berhak menerimanya, memelihara amanat buah dari
iman, jika iman berkurang, berkurang juga amanat, menunaikan amanat hukumnya
wajib. Sebaliknya khianat hukumnya haram sekalipun terhadap yang mengkhianati
kita, hal ini menunjukan bahwa kita terlarang bekerjasama dengan cara saling
mengkhianat.
Betapa Rasulullah memperhatikan
persoalan amanah ini, hingga dalam kesempatan lain beliau bersabda yang
menegaskan bahwa orang yang tidak melaksanakan amanah dengan benar termasuk
salah satu ciri orang munafik.
b.
Nasihat tentang memelihara ucapan
Hadits riwayat Ibnu Asakir dari
Sha’sha’ah ibn Najiyah ra. “Kendalikanlah lidahmu“. Nasihat ini
diberikan kepada Haris, ketika Haris bertanya perihal yang dapat memeliharanya,
lalu Nabi menjawab seperti bunyi Hadits di atas.
Lidah atau ucapan jika tidak
dikendalikan dengan baik bisa menjadi masalah dalam kehidupan seseorang,
sehingga hal ini termasuk yang sangat diperhatikan oleh Rasulullah dalam Hadits
yang lain berpesan, jika kita tidak dapat berkata-kata yang bermanfaat lebih
baik diam. Artinya, hendaklah setiap perkataan yang keluar dari mulut seseorang
dapat bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain, sehingga dengan perkataannya
itu ia terpelihara, sebaliknya orang akan celaka jika tidak mampu menguasai
lidahnya, sepeti kata seorang bijak “lidahmu adalah harimaumu yang
sewaktu-waktu siap menerkam dirimu sendiri”
c. Nasihat tentang kesadaran akan dosa
Hadits riwayat
al-Turmuzi dari Uqbah ibn Amir “Kuasailah lidahmu, lapangkanlah rumahmu, dan menangislah
atas kesalahanmu”. Nasihat ini diberikan oleh Rasulullah kepada Uqbah ibn Amir ketika ia
bertanya tentang arti keselamatan, lalu menjawab seperti Hadits di atas.
Menguasai lidah berarti mengendalikannya sehingga tidak membawa kepada
kecelakaan, menjauhi fitnah dan menangis penuh penyesalan karena dosa yang
dilakukan, karena Allah menyukai orang-orang yang bertaubat.
Banyak di antara
manusia yang bisa berubah perilakunya dari yang kurang baik kepada prilaku yang
lebih baik hanya karena ia mendengarkan nasihat, apalagi nasihat tersebut ia
minta niscaya akan benar-benar dipedomani. Jika
diamanati nasihat-nasihat Rasulullah di atas sangat pendek dan ringkas namun
menunjukan kelugasan, sehingga penerima nasihat tidak perlu menafsirkan
ucapan-ucapan Rasulullah tersebut. Kalimatnya pendek namun jelas tertuju kepada
suatu masalah, seperti masalah pentingnya menjaga amanat, masalah bagaimana
berbicara yang baik, masalah budi pekerti, masalah penyadaran akan dosa-dosa,
semua disampaikan oleh Rasulullah dengan tidak bertele-tele.
5.
Mendidik dengan cara memukul
Dalam hal tertentu, khususnya untuk
membiasakan mengerjakan shalat bagi setiap muslim sejak dini, Rasulullah
menganjurkan kepada setiap orang tua untuk menyuruh (dengan kata-kata) kepada
setiap anaknya, ketika mereka berusia tujuh tahun agar mau melaksanakan
ibadah shalat, selanjutnya Rasulullah menganjurkan jika anak pada usia sepuluh
tahun belum mau melaksanakan shalat maka pukullah ia.
Perintah memukul ini mengandung makna
yang sangat dalam, mengingat Rasulullah sendiri dalam kontek pendidikan, tidak
pernah memukul (dengan tangan) selama hidupnya. Perintah ini hanyalah
menunjukan ketegasan Rasulullah untuk menanamkan kebiasaan positif yang
harus dimulai sejak anak-anak. Hadits riwayat Ahmad dan Abu Daud dari Amir ibn
Syuaib dari ayahnya dari kakeknya berkata;
“Perintahkanlah anak-anakmu
mengerjakan shalat di kala mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka
karena mereka tidak mengerjakannya di kala mereka berumur 10 tahun dan
pisahkanlah tempat tidurnya”
Memukul dalam hal ini tidak dilandasi
oleh emosional dan kemarahan, tetapi sebaliknya memukul dalam konteks Hadits di
atas harus dilandasi dengan kasih sayang, keikhlasan dan dengan tujuan
semata-mata karena Allah. Dalam peristiwa yang lain (bukan dalam hal shalat)
Rasulullah bersabda; bahwa sebaiknya pukulan itu dilakukan tidak
berkali-kali, bahkan cukup satu kali saja. Hadits riwayat Bukhari dari Anas ibn
Malik ra. “ … Sesungguhnya
kesabaran itu ketika pukulan pertama”
Rasulullah sangat
berhati-hati dalam setiap perkataannya, sehingga setiap orang yang mendengarkan
sabdanya tidak salah dalam menafsirkan, dalam persoalan “memukul” Rasulullah
membedakan antara pukulan dengan maksud pendidikan shalat (seperti Hadits di
atas) dengan pukulan pada hukuman yang memang seharusnya dilakukan, seperti
bunyi Hadits berikut ini. Hadits riwayat Bukhari Muslim dari Abu Burdah ra.,
bahwa Nabi bersabda “Tidak boleh dipukul dari sepuluh kali kecuali dalam had
yang telah ditentukan hukum had oleh Allah.”
Rasulullah tidak
bermaksud “memukul” untuk menyakiti, karenanya beliau tidak memperkenankan
memukul di bagian-bagian vital seperti muka, kepala dan dada. Sikap
Rasulullah ini terbukti ketika dalam sebuah peristiwa perang terjadi
perkelahian yang saling memukul muka (pipi), Rasulullah sangat khawatir dengan
pemandangan itu kemudian bersabda: “Apakah kau biarkan tangannya
dimulutmu dan kau pecahkan dia seperti memecahkan kepala binatang” (H.R.
al-Thahawi dan ‘Atha dari Shafwan ibn Ya’la ibn Umayah).
Dari uraian di atas, dapatlah
disimpulkan bahwa perintah “memukul” hanya dalam masalah shalat, hal ini
menggambarkan bahwa shalat adalah salah satu ibadah yang paling pokok dan tidak
boleh diabaikan seperti juga sabda beliau bahwa “Shalat itu merupakan tiang
agama, barang siapa yang telah medirikan shalat maka ia telah mendirikan agama
dan barang siapa yang meninggalkan shalat maka ia telah menghancurkan agama”, di
sisi lain hal ini juga menggambarkan ketegasan Rasulullah dalam menerapkan
kebiasaan beribadah sejak dini.
Dari beberapa ucapan Rasulullah
berkenaan dengan “memukul”, dapat juga dimaknai bahwa sesungguhnya Rasulullah
tidak menghendaki pemukulan itu terjadi pada diri anak, ucapan ini hanyalah
merupakan ancaman, karena dalam konteks pendidikan ada tipe anak yang
memerlukan ancaman agar dapat melaksanakan perintah tentang kebenaran.
Rasulullah adalah sosok manusia yang tegas dalam kata-kata dan lembut dalam
perbuatan, walaupun ia menyuruh memukul, di sisi lain tidak ditemukan
bukti-bukti bahwa Rasulullah pernah melakukan pemukulan terhadap peserta
didiknya. Bukti-bukti yang ada justru menerangkan betapa Rasulullah memiliki
perilaku yang lemah lembut dan dengan cara-cara yang baik dalam menyampaikan
ajaran-ajaran Islam. Jangankan pemukulan
yang melukai, menyinggung perasaan dengan kata-kata saja beliau tidak pernah
melakukannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar