Pondok pesantren adalah salah satu pendidikan Islam di Indonesia yang
mempunyai ciri-ciri khas tersendiri. Definisi pesantren sendiri mempunyai pengertian yang bervariasi, tetapi pada hakekatnya mengandung
pengertian yang sama. Menurut Madjid (1997:3) bahwa:
Lembaga pendidikan
yang serupa dengan pesantren sebenarnya sudah ada sejak masa kekuasaan
Hindu-Budha, sehingga Islam tinggal meneruskan dan mengislamkan lembaga
pendidikan yang sudah ada itu. Namun demikian dalam proses pengislaman itu
tidak bisa dihindari terjadinya akomodasi dan adaptasi. Tegasnya, karena
lembaga pendidikan yang serupa dengan pesantren itu di masa Hindu-Budha lebih
bernuansa mistik, maka ajaran Islam yang disampaikan di pesantren pun pada
mulanya bercorak atau bernuansa mistik pula, yang dalam khasanah Islam lebih
dikenal dengan sebutan tasawuf. Pada masa perkembangan Islam di Indonesia itu,
tasawuf memang merupakan gejala umum dan sangat dominan di dunia Islam pada
umumnya. Karena penduduk Nusantara sebelum Islam memiliki kecenderungan yang
kuat terhadap mistik, maka agama Islam yang disampaikan dengan pendekatan
mistik atau tasawuf itu lebih mudah diterima dan dianut.
Contoh dari segi mistik ini misalnya adalah adanya konsep
"wirid" dalam pengajian. Seorang kyai secara konsisten mengaji kitab tertentu
pada saat tertentu, misalnya kitab Sanusiyah pada malam Kamis. Hal itu adalah
sebagai wirid yang dikenakan kepada dirinya sendiri, sehingga menjadi semacam
wajib hukumnya yang kalau ditinggalkan dengan sengaja dianggap akan
mendatangkan dosa. Contoh lain dari suasana mistik ini terlihat pula dalam
hubungan kyai-santri yang lebih merupakan kelanjutan dari konsep hubungan
"guru-cantrik" yang telah ada sebelum Islam datang ke Jawa, yang
banyak dipengaruhi oleh konsep-konsep Hindu-Budha, atau sekurang-kurangnya
konsep stratifikasi masyarakat Jawa sendiri.
Tetapi lambat laun gejala itu semakin berkurang bersamaan dengan
semakin mendekatnya pesantren ke dalam
jaringan Islam di Haramain, tempat sumber Islam yang "asli" yang di
akhir masa pertengahan menjadi pusat reformasi Islam, dengan munculnya gagasan
rekonsiliasi antara tasawuf dan syari'at. Persentuhan global dengan pusat Islam
di Haramain di akhir abad ke-19 M dan awal abad ke-20 M itulah, menurut Fadjar
(1994:114) bahwa:
Yang
memungkinkan para pelaku pendidikan Islam melihat sistem pembelajaran yang
lebih terprogram. Maka diawal abad ke-20 M di Indonesia secara berangsur-angsur
tumbuh dan berkembang pola pembelajaran Islam yang dikelola dengan sistem madrasi yang lebih modern, yang kemudian
dikenal dengan nama "madrasah". Karena itu sejak awal kemunculannya,
madrasah di Indonesia
sudah mengadopsi sistem sekolah modern dengan ciri-ciri: digunakannya sistem
kelas, pengelompokkan pelajaran-pelajaran, penggunaan bangku, dan
dimasuk-kannya pengetahuan umum sebagai bagian dari kurikulumnya.
Ciri-ciri itu tidak terdapat dalam pesantren yang semula lebih bersifat
individual, seperti terdapat pada sistem weton
dan sorogan. Akan tetapi, dalam
kurun waktu terakhir, ketika modernisasi pendidikan masuk ke dunia pesantren,
dan melahirkan apa yang kemudian disebut sebagai "pesantren modern",
maka semua ciri madrasah yang disebutkan di atas sudah menjadi bagian dari
keberadaan pesantren.
Sebagaimana telah dikemukakan, secara harfiah madrasah bisa diartikan
dengan sekolah, karena secara teknis keduanya memiliki kesamaan, yaitu sebagai
tempat berlangsungnya proses belajar-mengajar secara formal. Namun demikian
Steenbrink (1986) membedakan madrasah dan sekolah karena keduanya mempunyai
karakteristik atau ciri khas yang berbeda.
Pesantren memiliki tujuan yang lain lagi. Menurut Junus, Djumhur, dan
Steenbrink (1982:160), bahwa:
Pesantren
didirikan untuk menjadi basis perjuangan rakyat dalam melawan penjajah.
Pesantren merupakan upaya kalangan pribumi untuk mengem-bangkan sistem
pendidikan sendiri yang sesuai dengan tuntunan agama dan kebudayaan daerah
untuk melindungi diri dari pengaruh sistem pendidikan kolonial (Belanda) saat
itu, melalui "politik balas budi", atau yang lebih dikenal dengan
sebutan "politik etis".
Namun, meskipun pesantren berperan lebih dahulu dalam membendung pengaruh
pendidikan kolonial, dibandingkan dengan madrasah, para pembaharu pendidikan
Islam di Indonesia tampaknya mengakui bahwa dalam banyak hal, lembaga
pendidikan Islam tradisional ini mengandung banyak kelemahan, sementara pada
sisi lain lembaga pendidikan yang didirikan pemerintah kolonial Belanda harus
diakui memiliki banyak kelebihan.
Perkataan pesantren berasal dari bahasa Sansekerta yang memperoleh wujud
dan pengertian tersendiri dalam bahasa Indonesia. Asal kata san berarti orang baik (laki-laki)
disambung tra berarti suka menolong, santra berarti orang baik baik yang suka
menolong. Pesantren berarti tempat untuk membina manusia menjadi orang baik
(Abdullah, 1983:328).
Sementara itu, Timur Jailani (1982:51) memberikan batasan pesantren
adalah gabungan dari berbagai kata pondok dan pesantren, istilah pesantren
diangkat dari kata santri yang berarti murid atau santri yang berarti huruf sebab
dalam pesantren inilah mula-mula santri mengenal huruf, sedang istilah pondok
berasal dari kata funduk (dalam bahasa Arab) mempunyai arti rumah penginapan
atau hotel. Akan tetapi pondok di Indonesia khususnya di pulau Jawa lebih mirip dengan pemondokan dalam lingkungan padepokan, yaitu perumahan sederhana yang dipetak-petak dalam bentuk kamar-kamar yang merupakan asrama bagi santri.
adalah gabungan dari berbagai kata pondok dan pesantren, istilah pesantren
diangkat dari kata santri yang berarti murid atau santri yang berarti huruf sebab
dalam pesantren inilah mula-mula santri mengenal huruf, sedang istilah pondok
berasal dari kata funduk (dalam bahasa Arab) mempunyai arti rumah penginapan
atau hotel. Akan tetapi pondok di Indonesia khususnya di pulau Jawa lebih mirip dengan pemondokan dalam lingkungan padepokan, yaitu perumahan sederhana yang dipetak-petak dalam bentuk kamar-kamar yang merupakan asrama bagi santri.
Selanjutnya Zamaksari Dhofier
(1982:18) memberikan
batasan tentang pondok pesantren yakni sebagai
asrama-asrama para santri yang disebut pondok atau
tempat tinggal terbuat dari bambu, atau barangkali berasal dari kata funduk atau berarti hotel atau asrama. Perkataan pesantren
berasal dari kata santri yang
mendapat awalan pe dan akhiran an yang berarti tempat tinggal para santri.
mendapat awalan pe dan akhiran an yang berarti tempat tinggal para santri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar