Selasa, 03 Oktober 2017

Pendidikan Islam - 1 (Tarbiyah)

TARBIYAH (1)
Secara umum kata ini berasal dari tiga kata kerja Rabaa-Yarbuu yang bermakna namaa-yanmuu, artinya berkembang, Rabiya-yarba, yang bermakna tumbuh dan Rabba –Yarubbu, yang bermakna aslahu, tawalla amrohu, sasa-hu, wa qama aaihi, waraahu yang berarti memperbaiki, mengurus, memimpin, menjaga dan memeliharanya atau mendidik.
Menurut Shihab (2003:172) terdapat banyak kosa kata yang berasal dari pengembangan kata ini, berikut diantaranya yang memiliki hubungan langsung dengan pendidikan.
a.    Rabb/ar-Rabb : dalam Al-Quran kata ini disebutkan sebanyak 952 kali. Para muffasir mengartikan kata Al Rabb ini beraneka ragam, diantaranya Al-Maraghi yang mengupas Surat At-Thalaq [65]: 1 dan QS. Al-An’am [6] : 104. Dari ayat ini Al-Maraghi menjelaskan bahwa konsep pendidikan itu meliputi fisik. Perasaan, akal/intelektual dan bakat/potensi, jiwa sehingga mencapai kesempurnaannya menurut pandangan Allah.
b.      Rabbanyyuna: Al-Quran menyebutkan dua kali yaitu dalam QS. Al-Maidah [5] : 44 dan 63. Ibnu Abbas berpendapat bahwa rabbaniyyuna berarti ahli fiqih/ahli hukum dan ulama.
c.      Rabbaniyya” kata ini disebutkan Al-Quran satu kali, dalam QS. Ali-Imran [3]:79 dari kata ini Al-Maraghi menjelaskan bahwa rabbaniyyin adalah mereka yang senantiasa mengetahui dan mentaati sekaligus mengamalkan semua perintah Allah dengan mengajarkan dan mempelajari kitab Allah.
d.     Rabbayani; Tercantum dalam QS. Al-Isra [17] : 24 Hijazi mengaitkan kata rabbayani ini artinya menumbuhkembangkan.
e.   Nurabbika; Terdapat dalam QS. As-Sy-Syuara [26] : 18 Al-Hijazi mengaitkan kata ini dengan proses pendidikan yang diberikan Fir’aun kepada Musa. Pada hakikatnya Fir’aun mendidik dan membersarkan Musa itu dalam hal fisiknya saja tidak mendidik mental dan hati nuraninya.
Sebagaimana konsep tarbiyyah, pendidikan adalah proses untuk mengarahkan sesuatu secara bertahap menuju kesempurnaan kejadian dan fungsinya. Pengertian rubûbiyah (kependidikan atau pemeliharaan) mencakup pemberian rezeki, pengampunan dan kasih sayang; juga amarah, ancaman, siksaan, dan sebagainya. Makna ini akan terasa dekat ke benak seseorang saat mengancam, bahkan memukul anak, dalam rangka mendidik mereka. Walapun sang anak yang dipukul merasa diperlakukan tidak wajar, kelak setelah dewasa ia akan sadar bahwa pukulan tersebut merupakan sesuatu yang baik baginya. Jadi, apapun bentuk perlakuan Tuhan kepada makhluk-Nya harus diyakini bahwa yang demikian itu sama sekali tidak terlepas dari sifat kepemeliharaan dan kependidikan-Nya, walau pun perlakukan itu dinilai oleh keterbatasan nalar manusia sebagai sesuatu yang negatif.
Menurut Ali (2006:31-32) konsep tarbiyyah juga menegaskan bahwa tujuan pendidikan menghantarkan peserta didik pada derajat kesempurnaan yang diberikan oleh Allah. Dengan demikian, ia meliputi semua dimensi kemanusiaan atau pribadi manusia. Berdasarkan konsep tarbiyyah, ada empat dasar pendidikan yang mesti dipahami, yaitu:
1)      Pendidikan adalah proses sistematis yang mempunyai tujuan, sasaran, dan pencapaian;
2)      Pendidik adalah perwakilan Allah Yang Maha Pencipta. Allah menciptakan fitrah dan memberikan potensi. Dia mengembangkan, meningkatkan, dan mengimplementasikan fitrah. Pendidik juga harus menjalankan, mengembangkan, meningkatkan, dan mengimplementasi-kan konsep pendidikan supaya fitrah atau potensi peserta didik bisa berkembang dan mencapai kesempurnaan sebagai makhluk Tuhan.
3)  Pendidikan menetapkan langkah-langkah bertahap yang di dalamnya konsep-konsep pendidikan dijalankan dari batas yang satu ke batas yang lain dan dari jarak yang satu ke jarak yang lain.
4)      Perilaku pendidik berkaitan dengan realitasnya sebagai makhluk Allah. Dengan demikian, ia mesti mengikuti syariat Allah Swt.
Menurut Tafsir (1992:45) berbeda dengan pendidikan Islam, pendidikan Barat (dalam arti yang mengggunakan paradigma positivistik sebagai filsafat pendidikannya) hanya mengakui dua potensi manusia saja, yaitu potensi jasmani dan akal. Dengan kedua potensi ini, Barat memang maju dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sampai saat ini, namun kemajuan mereka adalah semu, dalam arti kemajuan tersebut menuju kehancuran peradaban. Hal ini karena kemajuan Barat adalah kemajuan tanpa nilai, tanpa agama, tanpa Tuhan. Buktinya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dimanfaatkan untuk menguasai negara lain, dalam bentuk penjajahan ekonomi, penjajahan budaya, dan penjajahan sendi-sendi kehidupan lainnya.
Islam sangat menghargai jasmani dan akal, namun itu bukan merupakan ukuran kehebatan manusia. Islam sangat menghargai dan menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan teknologi, namun itu bukan merupakan tujuan. Dalam Islam, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dijadikan sebagai jalan untuk mengabdi kepada Allah Swt. Inilah yang disebut potensi ruhani. Jadi, pendidikan Islam membimbing jasmani, akal, dan ruhani untuk mengabdi kepada Yang Maha Agung.
Orang Barat memang beragama, tapi agama itu tidak dijadikan sebagai nilai dalam dimensi kehidupan. Bagi mereka, agama adalah urusan pribadi dan tidak perlu “mengintervensi” pendidikan. Artinya, bagi mereka agama tidak perlu dimasukan dalam kurikulum pendidikan. Ini lah yang dinamakan sekurelisasi pendidikan, yaitu memisahkan agama dari pendidikan. Islam jelas menolak pandangan seperti ini. Dalam konsep Islam, pendidikan harus dipandu oleh agama, agar tidak keblinger, agar tidak kacau dan mengacaukan masyarakat. Agama harus “mengintervensi” kurikulum sehingga jenis kurikulum apapun yang berkembang tidak bebas nilai tetapi bernilai Islami (Tafsir, 1992:46).
Untuk mempertegas substansi pendidikan Islam, Azra (2000:10) merinci tiga karakteristik pendidikan Islam. Pertama, pencarian, penguasaan, dan pengembangan ilmu pengetahuan sebagai wujud ibadah kepada Allah Swt. Kedua, pengakuan akan adanya kemampuan dan potensi untuk berkembang dalam suatu kepribadian. Ketiga, pengamalan ilmu pengetahuan sebagai wujud tanggung jawab kepada Allah dan manusia.

Berdasarkan penjelasan tentang pendidikan Islam, maka konsep tarbiyyah di dalam Al-Quran menegaskan hakikat pendidikan Islam dan memberi arah terhadap pendidikan Islam sehingga pendidikan tersebut selalu mendorong peserta didik dan pendidik untuk meraih predikat sebagai hamba Allah yang bertakwa. Tarbiyah adalah proses pengembangan dan bimbingan jasad, akal dan jiwa yang dilakukan secara berkelanjutan sehingga mutarabbi (anak didik) bisa dewasa dan mandiri untuk hidup di tengah masyarakat. Tarbiyah adalah kegiatan yang disertai dengan penuh kasih sayang, kelembutan hati, perhatian, bijak dan menyenangkan tidak membosankan. Tarbiyah adalah proses yang dilakukan dengan peraturan yang bijak dan dilaksanakan secara bertahan dari yang mudah kepada yang sulit.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KONTRIBUSI PEMIKIRAN HUKUM NAHDLATUL ULAMA

Lembaga Bahtsul Masail ialah sebuah Lembaga yang berfungsi sebagai forum diskusi antara para ulama serta kaum intelektual guna membahas pe...